~ Chapter 1: Bridge of Hope ~
Tantangan: kelompok mana yang lebih cepat menemukan "star"
Lukisan wajah yang dibuat oleh masing-masing peserta pada acara perkenalan sehari sebelumnya kini digunakan sebagai topeng yang 'membutakan.' Di sini ketua kelompok tanpa topeng harus membimbing kelompoknya untuk melewati jembatan yang diberi rintangan ringan dan harus secepat mungkin berusaha menemukan STAR yang tersembunyi di satu tempat di jembatan. Seluruh anggota juga harus sepenuhnya memperhatikan aba-aba ketua dan saling mendukung. Mau tidak mau mereka harus belajar mempercayai satu sama lain agar misi ini dapat mereka selesaikan secepat mungkin.
Pelajaran: dalam acara perkenalan sehari sebelumnya, instruksi yang diberikan adalah melukis wajah idaman. Ada berusaha membuat secantik/seganteng mungkin, ada yang sebaliknya, dan ada yang sembarangan. Entah bagaimanapun cara membuatnya, hal tersebut diarahkan untuk menunjukkan adanya kecenderungan kita menggunakan topeng untuk mendapatkan penilaian yang kita inginkan dari orang lain. Ada yang ingin dinilai baik, perhatian, bertanggung jawab, saleh, dkknya. Tetapi ada pula yang sebaliknya, ingin dinilai buruk, maksudnya ingin dikenal sebagai pribadi yang 100% bebas dari segala macam aturan, yang judes, yang super cuek bebek, dkknya juga. Dan yang terakhir ada yang bertipe egp 'emangnya gue pikirin' gak perduli apa kata orang. Nah, dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari seringkali ada saat-saat di mana topeng-topeng yang kita gunakan tersebut justru jadi beban dan melelahkan. Di dunia ini tidak ada yang bebas konsekuensi. Apa yang kita tabur akan kita tuai. Dan celakanya, pada saat-saat seperti itu kita jadi merasa terjebak dengan status yang orang lain berikan karena topeng kita itu. Yang ingin dipandang baik, mungkin akan tiba pada situasi mulai kelelahan mempertahankan status tersebut. Yang ingin dipandang buruk, mungkin akan menyesali cara pandangnya. Dan yang cuek bebek, mungkin akan merasa kesepian. Nah, dalam situasi seperti ini, biasanya ada dua kemungkinan. Pertama, kita terus berusaha mempertahan status kita walau untuk itu kita harus membayar mahal, korban perasaan, dan kian merasa tersiksa. Atau kedua, kita, disadari atau tidak, mulai melepas topeng kita sehingga membuat orang di sekitar kita heran, terkejut, takjub atau sebaliknya kecewa, merasa tertipu, dan bahkan terluka. Melalui simulasi ini diarahkan dan diharapkan kita menyadari betapa tidak leluasanya hidup dengan topeng tetapi sekaligus juga belajar untuk percaya.
Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus Paulus dengan tegas menyatakan, "Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah." (2Korintus 4:3-4). Jika konsekuensi menggunakan topeng dalam hidup sehari hanya sebatas masalah dengan orang lain, maka betapa mengerikannya jika kita mengenakan topeng dari ilah zaman yang membutakan kita dari cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus! Kita akan mendapatkan masalah dunia akhirat! Sama seperti setiap anggota kelompok yang buta karena topeng harus percaya kepada pemimpin kelompok yang tidak buta agar dapat mendapatkan bintang, demikian juga setiap orang berdosa membutuhkan Kristus untuk memperoleh keselamatan. Sebab "... keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia [KRISTUS], sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah Para Rasul 4:12) Mengapa Lukas berani banget mencatat pernyataan Petrus dan Yohanes seperti itu? Apa ini tidak terlalu berlebihan? Tidak! Sebab Kristus sendiri juga dengan tegas menyatakan, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6) dan "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yohanes 3:36). Pemimpin agama mana yang berani menyatakan klaim setegas dan mutlak seperti ini? Ini bukan masalah 'adu kesaktian' pemimpin agama ato banding-bandingkan dengan agama lain. Agama Kristen pun tidak menyelamatkan. Itulah sebabnya, Kristus tidak datang membawa agama. Ia datang membawa dan mempersembahkan diri-Nya sebagai korban penghapus dosa. Barangsiapa percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka ia akan diselamatkan.
No comments:
Post a Comment