31 May 2008

Saturday Joy and Enjoy!


Setelah acara Paskah di PMK Melisia Christi pada bulan April yang lalu, PMK merencanakan akan mengadakan Saturday Joy sebagai follow-up nya. Sudah beberapa kali kami kebingungan menentukan tanggal untuk acara refreshing bersama ini. Pada penentuan tanggal yang pertama ternyata para angkatan 2007 semuanya berhalangan ikut. Pada waktu itu kelihatannya para dosen sedang gencar-gencarnya memberikan tugas. Hahahahaha. Lalu, pada penentuan yang kedua ternyata beberapa panitia tak bisa ikut karena ada mata kuliah penting yang diadakan pada tanggal tersebut. Dan akhirnya, hari yang dinanti-nantikanpun tiba. Hari Sabtu tanggal 24 Mei 2008 ada 23 orang anggota PMK Melisia Christi yang ikut pergi jalan-jalan ke Deles dan Cokro (Klaten).

Karena hari itu hari terakhir ujian semester, beberapa teman tidak bisa ikut walaupun mereka sangat ingin. Padahal jam keberangkatan pun sudah sengaja diundur dari jam tujuh ke jam delapan agar beberapa orang dapat menyusul. Namun, lebih dari itu kami harus berangkat agak telat sekitar 45 menit. Kami menunggu dua orang teman kami yang ujian take home pada sesi 1. Salah satunya saya sendiri. Saya benar-benar merasa tidak enak kepada yang lain. Kami sebenarnya berencana menyusul saja bersama Ko Ajung dan Sandy, tetapi kami diyakinkan untuk berangkat bersama-sama. Saat itu bensin di motorku pun sangat tipis. Aku sendiri tidak yakin motor ini dapat bertahan sampai di sana. Kami berangkat menuju Deles. Kami melalui jalan Solo dan berbelok di pertigaan Prambanan. Aku dan Ko Akin sempat tersesat karena kami tertinggal di belakang. Waktu itu kami salah menafsirkan sms dari teman kami, sehingga kami tidak berbelok. Kemudian, kami terus berhubungan melalui sms, sampai akhirnya bertemu dengan rombongan di perempatan setelah belok di jalan sebelah Candi Prambanan.

Ko Welly memberi pengarahan bahwa kami semua harus berjalan berdekatan sehingga tidak ada yang tersesat lagi. Biar Ko Ricky saja yang berada di bagian belakang. Dia tahu tempat yang akan kami tuju karena dia juga survei ke sana. Beberapa kali kami berhenti untuk mengecek tidak ada yang tertinggal di belakang lagi. Karena kami harus melewati beberapa belokan, kami disarankan agar tetap saling berdekatan. Sampai-sampai kecepatan kami disamakan untuk menghindari ketertinggalan. Juga, agar kami cepat sampai di sana.

Jalan-jalan yang kami lewati dikelilingi pemandangan yang asri. Sawah-sawah yang hijau dan luas ada di kanan-kiri jalan. Diselingi rumah-rumah sederhana ala pedesaan. Rumah-rumah yang ada masih beratapkan genting-genting. Banyak rumah yang memiliki kebun kecil atau setidaknya ada sedikit warna hijau yang melindungi rumah tersebut dari sengatan matahari. Lalu, setelah beberapa kali kami membelok, kami sampai di jalanan yang naik. Rumah-rumah yang kami lihat mulai agak jarang. Kami berjalan dengan dikelilingi oleh pepohonan yang tinggi diselingi dengan rumah-rumah yang luas halaman yang lumayan luas. Rumah-rumah tersebut tidak terlihat semodern rumah-rumah di kota. Halamannya hanya berupa tanah terbentang. Pagar rumahnya pun tidak tinggi dan bagus seperti di kota-kota. Bahkan, kebanyakan tidak memiliki pagar rumah.

Jalan menanjak yang kami lewati mulai agak rusak. Banyak truk berisikan bahan bangunan melewati jalan itu juga. Tetapi ada juga jalan yang masih bagus. Yang kutakutkan adalah motorku mati di tengah jalan yang menanjak. Namun, kekhawatiran itu sedikit terhapuskan saat Ko Ricky dan Ko Welly mengatakan ada pom bensin di depan, motor kami pasti dapat sampai di Deles. Tak berapa lama, kami sampai di gapura bertuliskan selamat datang di kawasan wisata Deles. Kami berhenti sebentar untuk membayar karcis masuk ke daerah tersebut. Saat kami akan melanjutkan perjalanan masih ada dua motor yang belum sampai ke sini, yaitu motor Ko Leo-Lenny dan Ko Ricky-Irva. Ko Welly turun ke bawah untuk melihat keadaan. Beberapa menunggu di tempat tersebut dan yang lainnya melanjutkan perjalanan. Setelah kami menyadari tak ada dari kami yang tahu tempatnya, kami berhenti di tempat yang teduh dan agak mendatar.

Setelah menunggu, akhirnya mereka semua datang. Yang mengagetkan kami adalah mereka berdua berganti pasangan. Ko Ricky memboncengkan Lenny dan Ko Leo dengan Ci Irva. Ternyata mesin motor Ko Leo panas sehingga tidak kuat naik. Lenny yang memiliki badan agak subur bertukar tempat dengan Ci Irva yang badannya agak kecil. Tak sampai dari lima menit kami sampai di tempat yang dituju.

Di dekat pintu masuk tempat kemah tersebut ada orang-orang yang mendirikan tempat parkir liar. Kami tidak menuju tempat tersebut tetapi langsung masuk ke area kemah dengan motor kami. Kami memutuskan untuk memarkir motor di dekat kami akan melakukan acara. Kalaupun kami membayar mereka, motor yang dititipkan tersebut tidak dijaga seperti saat kami survei dulu. Saat kami akan memindahkan motor orang-orang yang jaga parkir tersebut membunyi-bunyikan peluit untuk memperingati kami. Mereka berteriak-teriak bahwa tidak boleh parkir di area tersebut. Padahal tidak ada papan larangan apapun. Bahkan, mereka mengejek kami sebagai orang terpelajar tapi tidak tahu aturan. Kami sempat emosi dan uring-uringan sendiri. Tetapi, kami memilih untuk bersikap cuek menghadapi gangguan-gangguan mereka. Kami tahu sebenarnya mereka hanya ingin meminta uang parkir. Jika kami menjaga motor kami sendiri, tentu mereka kehilangan kesempatan mendapatkan uang. Walaupun agak khawatir, kami tetap bersikukuh dengan keputusan kami. Saat kami beranjak ke tempat acara, mereka mulai merubuhkan pohon untuk menutup jalan masuk.

Setelah memarkirkan motor kami, ada beberapa orang yang ingin buang air kecil. Kelihatannya di sekitar tempat itu hanya ada toilet yang rusak. Jadi, mereka menggunakan toilet dengan atap terbuka. Tenang saja, tiap bergiliran menggunakan toilet alam tersebut ada yang menjaga agar orang lain tidak dapat melihat.

Acara Saturday Joy di Deles pun dimulai. Kami membentuk sebuah lingkaran. Acara ice breaker dipimpin oleh Kak Yeyen. Dia dibantu oleh Aldo sebagai gitaris. Kami menyanyikan lagu ‘Kasih-Nya seperti Sungai’ dengan gerakan yang memerlukan konsentrasi. Kami diajari suatu gerakan berturutan. Itu lo, yang pertama-tama setiap orang di dalam lingkaran membuka dua tangannya ke samping. Gerakan pertama, kami menepukkan tangan kanan kami ke tangan kiri teman di sebelah kami. Lalu, menepuk kedua paha masing-masing secara berurutan. Kemudian, menepuk sisi bawah tangan kiri dan sisi atasnya. Tepuk tangan sekali. Membuat gerakan seperti membunyikan jari-jari. Terakhir tepuk tangan dua kali. Yang paling membuat kerancuan adalah tepuk tangan sekali, membunyikan jari dan tepuk tangan dua kali. Tapi kelihatannya Ko Aheng dan Ko Ati tetap saja kebingungan dari awal. Lagu pun dimainkan dan mulailah tangan kami bergerak-gerak seperti tangan gurita. Pada percobaan awal banyak juga yang mahir, tapi beberapa masih kebingungan. Saat lagu dimainkan semakin cepat kebingungan pun melanda. Ada juga yang sempat berhenti, ya, mungkin untuk mengambil nafas.. hahahaha. Tetapi meneruskannya lagi. Aku pun sempat kebingungan tapi untung saja itu adalah putaran terakhir hahaha.

Kak Yeyen memanggil orang-orang yang berbuat kesalahan sangat banyak ke tengah-tengah lingkaran. Tak perlu ditunjuk, Ko Aheng dan Ko Ati mengaku dan maju ke tengah lingkaran. Sebagai hukuman mereka harus salah seorang dari mereka harus membuat puisi dan yang lain memperagakannya. Pokoknya puisi itu harus ada hubungannya dengan alam. Pertama adalah giliran Ko Aheng yang berpuisi. Ko Ati memperagakan isi dari puisi tersebut. Kata kunci puisi pertama adalah cemara, jadi Ko Ati memperagakannya. Yang lucu ketika Ko Aheng berkata, cemara di atas bukit. Ko Ati langsung menghampiri Ko Aheng dan berkata, "Ayo, kamu yang jadi bukitnya, aku di atas jadi cemaranya." Mungkin melihat postur tubuh Ko Aheng yang lumayan memadai ya?? Ketika giliran Ko Ati membuat puisi tentang alam. Kami langsung menjadi riuh karena akan mengerjai Aheng. Tenang saja, kami tidak kejam kok, Ko Aheng kan bukan orang yang pendendam hehe. Saat itu banyak saran yang diajukan untuk kalimat-kalimat puisi. Biar ngerjainnya puas, Ko Welly tiba-tiba berkata, ”Itu buat aja satu kalimat, di hutan....ada gajah, babi, semut, dst.......” Langsung saja tawa kami semakin riuh. Jadi dalam satu kalimat tersebut, Aheng harus memperagakan berbagai macam hal. Kasihan... Tapi itu hanya joke saja. Ko Ati memulai puisinya. Hampir saja dia mengikui saran Ko Welly, tetapi jenis binatang yang disebutkannya tidak banyak. Bahkan, kalimat berikutnya lebih seram lagi! ”Ada babi di dalam hutan.... Babi tersebut berjalan.. Tetapi ajaibnya! Babi itu sedang memakan rumput!” Langsug tawa kami terpecah. Kejam sekali... Tetapi, ditekankan ya.. ini just joking!! Setelah itu kami memberi applause untuk mereka berdua. Dan mereka bersalaman sebagai salam perdamaian hehe.

Ada teman baru dalam acara tersebut. Namanya Vinda. Orangnya terlihat kalem. Yah, mungkin belum keluar aslinya saja. Bukannya semua orang di PMK pertama kali datang juga masih malu-malu. Mungkin ke depannya semakin kenal sehingga sifat-sifat yang asli ketahuan deh! Haha. Maksudnya ketahuan baiknya, cakepnya, lucunya, pinternya... Masing-masing dari kami memperkenalkan diri. Cukup dengan nama dan panggilan saja.

Kemudian, kami melanjutkan game. Ini tentang lagu "I Want to be Your Friend." Lagu ini sangat terkenal di MC. Dalam lagu ini kami harus berpasang-pasangan. Sambil menyanyi, lagu ini juga mempunyai gerakan! Dan setiap pergantian lagu, pasangan tersebut harus berpisah dan mencari pasangan yang lainnya! Dan setiap orang yang tidak mendapat pasangan pada saat Kak Yeyen bilang berhenti, maka orang tersebut akan mendapat hukuman. Sayang sekali, saat itu aku kurang beruntung. Kali itu, Ci Irva, Nono, dan Ci Delfy terkena hukuman. Setiap orang harus menunjuk salah seorang dari peserta yang lain untuk memberikan gerakan HokiPoki. Tahu kan, lagu itu berisikan tiga gerakan yang harus diperagakan secara bersama-sama, misalnya, yang standard adalah tangan kanan ke depan, tangan kiri ke depan, kedua tangan ke depan, dan goyang-goyang. Nah, kali ini gerakan itu ditentukan oleh tiga peserta yang ditunjuk dan yang menjadi pasangannya itu yang menjadi peraga. Ci Irva dengan Yere, Ci Delfy dengan Stevanie, dan Nono (diriku hehe) dengan Fitrie. Karena yang dipilih orangnya agak kalem.. agak lo. Jadi setelah dua putaran, pemberi gaya ditunjuk oleh Kak Yeyen. Irva dg Andri. Delfy dg Aheng. Nono dg Ko Ati. Memang gaya yang diberikan lebih kejam sih. Tetapi ketika Andri terlalu lama memberi arahan, maka muncullah peraturan baru! Kami, terhukum, boleh memberi arahan gaya jika pasangannya terlampau lama memberi aba-aba. Andri tidak kena karena percobaan pertama. Tapi lagi-lagi Aheng terkena hukuman sehingga dia yang harus menirukan gaya HokiPoki karangan Delfi.

Setelah games, kami diberi waktu untuk AWG, yaitu Alone with God. Terbagi dalam dua sesi. Pertama, selama 45 menit kami akan mengikuti petunjuk dalam kertas AWG sendirian. Lalu, dalam sesi kedua, kami akan membagikan dalam kelompok kecil. Cowok terbagi menjadi tiga kelompok, demikian juga dengan yang cewek.

Dalam sesi pertama, kami bebas memilih tempat untuk AWG. Aku sendiri memilih tempat yang menghadap ke bukit-bukit. Jadi, bisa melihat langit lebih jelas juga. Sedangkan yang lain, ada yang memilih duduk di bawah pohon atau di rerumputan. Dalam kertas tersebut terdapat tiga bagian. Pertama, kami harus menenangkan diri dulu. Entah itu dengan bernyanyi atau berdoa. Lalu, setelah kami benar-benar tenang, dapat berdoa agar dapat merefleksi diri dengan baik dan jujur terhadap diri sendiri. Saat itu, ada penjaga parkir yang sengaja ingin mengganggu ketenangan kami. Mereka mengendarai motor yang bersuara keras, melintasi kami yang sedang berdiam diri. Kami tidak ambil pusing soal mereka. Kami cukup cuek. Bahkan, aku berdoa agar setelah melihat kami tidak melawan dengan kekerasan, hati mereka terbuka dan menyesali sikap mereka. Aku yakin kok, beberapa orang dari kami pun mendoakan hal yang sama. Bagian kedua ada langkah penuntun refleksi. Dalam refleksi tersebut lebih banyak pertanyaan yang mengacu kepada diri sendiri. Betapa berharganya kita, kualitas hubungan dengan orang lain, Tuhan, bagaimana mengatur waktu, keuangan.

Bagian ketiga (sekaligus sesi kedua) adalah sharing kelompok. Dalam sharing tersebut, kami membagikan apa yang kami dapatkan dalam refleksi. Melalui cerita-cerita tersebut itu akupun merasa diingatkan kembali. Oya, dalam hal ini aku ternyata juga kurang. Setelah itu kami saling mendoakan dengan dipimpin oleh ketua kelompok. Yang disayangkan mungkin tidak adanya aksi lanjutan dari sharing-sharing tersebut. Jadi, biar satu sama lain bisa selalu saling mengingatkan.

Setelah acara sharing kelompok kecil tersebut, acara yang tak kalah menarik, acara yang selalu ditunggu-tunggu, acara yang tak pernah ketinggalan dari acara-acara di MC adalah... FOTO-FOTO!! Hahaha. Pemandangan di sana sangat indah. Pohon-pohon tinggi nan hijau. Jarang kan kita melihat gunung dan merasakan dinginnya udara yang masih segar dan bersih? Tempat ini mendukung kami untuk merefleksi diri dan saat sharing kelompok. Lebih lanjut lagi, pencahayaan di tempat inipun bagus. Cocok untuk berfoto-foto ria. Tidak hanya menggunakan kamera Ko Welly, tetapi juga menggunakan handphone masing-masing. Serasa artis ketika kamera-kamera menyorot orang yang sama. Sampai-sampai orang yang tak terekam dan berkata, “Kok ga ada yang foto aku ya?” langsung diserbu oleh para fotografer dadakan. Benar-benar saat yang lucu dan memancarkan ke-narsis-an.

Namun saat kami akan keluar dari tempat tersebut, kami jadi ingat dengan penduduk lokal penjaga parkir tadi. Jalan masuk yang kami lewati tadi sudah ditutup oleh pohon dan kayu-kayu yang rusak. Jalan keluar dari tempat tersebut hanya pada pintu tempat jaga parkir tersebut. Kami memang sudah berencana akan memberi mereka uang saat kami pulang. Tetapi, kami tidak mengira jalan tersebut akan benar-benar ditutup total. Kami menuju ke Cokro dengan hati yang ikhlas. Bukannya kami pelit, tidak mau membayar biaya parkir, tetapi kami tidak mau meninggalkan motor-motor kami kepada orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Tenang saja, kami juga melanjutkan perjalanan kami dengan hati yang mengampuni.

(bersambung... dengan kisah yang tak kalah serunya: WATER FACTOR di pemandian mata air Cokro Tulung).

Reported by
Nono - Ekonomi Akuntasi 2007

30 May 2008

Camping Multikultural Campus Ministry UAJY


Hari Selasa & Rabu tanggal 27 & 28 Mei 2008 kemarin, 13 anak-anak MC ikutan Camping Multikultural di Kaliurang lho, tepatnya di Sinolewah, Kaliadem. Acara yang diikutin lebih dari 60 peserta ini pastinya ga kalah seru sama Camping Pramukanya anak-anak SD donk. Kenapa bisa begitu? Karena selain acaranya yang pasti seru n keren abis, pesertanya juga ga mau kalah keren n yang pasti juga narsis-narsis semua, hehehe... Peserta-pesertanya tuh dari berbagai komunitas yang difasilitasi oleh Campus Ministry UAJY: temen-temen dari PSSB (yang dipercayakan sebagai panitia), temen-temen dari Leaders Community (LC), dari JOY Fellowship, dari PMK Oikumene, n ga ketinggalan juga temen-temen kita dari PMK Melisia Christi (MC) donk.

Acara yang berlangsung 2 hari 1 malem ini tuh asik banget n ga ngebosenin, soalnya dari awal, suasana di Kaliadem yang udah beku kembali dicairkan oleh permainan-permainan yang dimotori sama temen-temen dari LC. Permainan diakhiri dengan pembentukan 10 kelompok yang masing-masing terdiri dari gabungan setiap Komunitas biar makin akrab satu sama laen. Abis itu tiap-tiap peserta diinstruksikan untuk membangun tendanya berdasar kelompok tenda. Buat tidur donk pastinya, namanya juga Camping masa ga pake tenda, ya ga? Setelah tenda selesai dibangun, suasana di antara peserta yang kembali membeku dicairkan lagi sama perkenalan n games-games ringan yang kali ini dipandu oleh sama temen-temen dari PMK Oikumene dalam acara “Tak Kenal Maka Tak Sayang.” Setelah semuanya saling kenal dan saling sayang, para peserta diajak berdiskusi oleh panitia melalui pemecahan sebuah konflik yang akhirnya diapresiasikan oleh masing-masing kelompok melalui nyanyian, drama, puisi, dll. Abis tu para peserta masuk ke Komunitas masing-masing untuk persiapan Multicultural Night untuk memperkenalkan dan menampilkan ciri khas dari setiap Komunitas. Acara ini dipadukan dengan api unggun yang dinyalakan oleh perwakilan dari masing-masing Komunitas dan Romo Eko. Setelah Multicultural Night selesai, panitia menyediakan jagung dan roti untuk dibakar bareng-bareng. Setelah semuanya udah pada kenyang n capek mereka langsung tepar di tenda masing-masing. Demikianlah rangkuman acara di Hari I.

Di hari II kita semua bangun jam 5 pagi, wuiiiiih yang pasti udaranya dingin buanget donk, secara di Kaliurang gitu loch. Kita bangun jam 5 pagi bukan mo ngebangunin ayam tapi kita mo “olahraga pagi untuk kesehatan” lho. Kali ini, instruktur SKJ nya langsung didatangkan dari MC (saya sendiri hehehe…) walhasil semua pada minta nambah dech, hahaha.. Abis olahraga n sehat-sehatan, para peserta langsung bersih-bersih diri plus makan yang buanyak trus langsung masuk ke kelompok masing-masing coz kita semua bakal ngikutin Outbond Games yang seru n menantang banget. Acara Outbond Games itu sendiri dibagi menjadi beberapa permainan, di antaranya ada yang namanya kaki seribu, sentuh pohon, spider web, menggapai bintang & menyusun piramid, dan yang terakhir yang ga kalah seru n pastinya menantang abis adalah berjalan seimbang di atas sebatang pohon yang panjangnya kira-kira 3 meteran tapi di bawahnya ada kolamnya, wah basah2an dech (buat yang maen), hehehe… Setelah semua permainan diselesaikan kita semua langsung mandi n makan lagi (wah, wah, wah makan trus..) ada yang melahap dua bungkus lagi (red: termasuk si penulis wakaka…). Setelah slesai makan, acara selanjutnya adalah pesan kesan & evaluasi. Eh tau ga temen-temen? Ternyata dalam evaluasi di Camping Multikultural kemarin tuh langsung diputuskan bahwa panitia Camping Multikultural tahun depan adalah PMK Melisia Christi lho, ckckckckck…. keren kan… Gak tanggung-tanggung: camping 3 hari 2 malam!!! Wah, wah, wah.. berarti ini PR buat temen2 MC semua donk, semangat yach…!!

Setelah itu peserta packing n bongkar tenda masing-masing, kemudian Romo Eko menutup acara Camping Multikultural dengan doa, dan akhirnya SAYONARA!!! Kita pulang ke Jogja dech…

Ok dech kalo gitu akhir kata buat temen-temen semua yang udah baca tulisan ini, sekian dulu yach laporan dari saya, semoga kita semua tetep semangat buat melayani Tuhan, ok..!! Jesus Bless Us always,.. Peace ah!!

Reported by
Leonardus - Teknobiologi 2003, tinggal nunggu wisuda :p

Nancy Matthews Edison (1810-1871)


Selalu ada 1001 alasan untuk menyerah, namun orang yang berhasil adalah orang yang tidak memutuskan untuk menyerah. Dia selalu bisa menemukan sebuah alasan untuk tidak menyerah.

Suatu hari, seorang bocah berusia 4 tahun, agak tuli dan bodoh di sekolah, pulang ke rumahnya membawa secarik kertas dari gurunya. Ibunya membaca kertas tersebut, "Tommy, anak Ibu, sangat bodoh. Kami minta Ibu untuk mengeluarkannya dari sekolah." Sang ibu terhenyak membaca surat ini, namun ia segera membuat tekad yang teguh, "Anak saya Tommy, bukan anak bodoh. Saya sendiri yang akan mendidik dan mengajar dia."

Tommy bertumbuh menjadi Thomas Alva Edison, salah satu penemu terbesar di dunia. Dia hanya sekolah sekitar 3 bulan dan secara fisik agak tuli, namun itu semua ternyata bukan penghalang untuk terus maju.

Tak banyak orang mengenal siapa Nancy Mattews, namun bila kita mendengar nama Edison, kita langsung tahu bahwa dialah penemu paling berpengaruh dalam sejarah. Thomas Alva Edison menjadi seorang penemu dengan 1.093 paten penemuan atas namanya. Siapa yang sebelumnya menyangka bahwa bocah tuli yang bodoh sampai" diminta keluar dari sekolah, akhirnya bisa menjadi seorang genius? jawabannya adalah ibunya!

Ya, Nancy Edison, ibu dari Thomas Alva Edison, tidak menyerah begitu saja dengan pendapat pihak sekolah terhadap anaknya. Nancy yang memutuskan untuk menjadi guru pribadi bagi pendidikan Edison dirumah, telah menjadikan puteranya menjadi orang yang percaya bahwa dirinya berarti. Nancy yang memulihkan kepercayaan diri Edison , dan hal itu mungkin sangat berat baginya. namun ia tidak sekalipun membiarkan keterbatasan membuatnya berhenti.

Selayang Pandang Kristen Koptik Dalam Novel dan Film Ayat-Ayat Cinta


Oleh: Bambang Noorsena, SH, MA.

1. Catatan Pengantar

Fenomena sukses film "Ayat-ayat Cinta", arahan Hanung Brahmantyo ini adalah menarik untuk dicermati. Film layar lebar yang diangkat dari novel karya Habiburrahman el-Shirazy ini [1] dalam waktu singkat telah berhasil meraup pemirsa lebih dari 3 juta orang di seluruh tanah air. Ada yang menonton karena memang lebih dahulu sudah menbaca novelnya, ada pula yang hanya "sekedar ingin tahu", karena penyambutan film ini yang cukup luas. Bukan hanya Dr. Din Syamsudin, Ketua PP Muhammadiyah, akan tetapi juga melibatkan Presiden SBY, Wakil Presiden Jusuf Kala, yang memberikan sambutan antusias.

Ada yang memuji, ada pula yang menanggapi biasa-biasa saja. Ada apa di balik novel dan film ini? Beberapa orang berkomentar, "ini iklan poligami", "referensi baru buat pemilik rumah makan Wong Solo", tetapi ada pula yang serius mencermati kaitan film dan novel ini dengan hubungan Kristen-Islam di Mesir. Artikel singkat ini, mungkin tergolong yang terakhir, kebetulan tokoh Maria Girgis, yang digambarkan berasal dari keluarga Kristen Koptik, Gereja pribumi di Mesir, sebagai Gereja Ortodoks terbesar di dunia Arab. Sebagai seorang pengamat Gereja-gereja Timur, kenyataannya saya menemukan beberapa kejanggalan mengenai tradisi Kristen Koptik, yang digambarkan "secara sambil lari" dalam film ini.


2. Sekilas Film "Ayat-ayat Cinta"

Sebelum memberi beberapa catatan terhadap novel dan film ini, bagi yang tidak membaca novel atau menonton film ini, akan disarikan cerita yang diangkat oleh novelis muda lulusan Universitas Al-Azhar, Cairo , ini:

Dikisahkan, Maria Girgis (Carissa Putri), putri Tuan Butros dan Maddame Nafed [2] bertetangga flat (apartemen) dengan Fahri, mahasiswa Indonesia yang kuliah di Universitas al-Azhar. Maria, terlahir dari keluarga Kristen Koptik, digambarkan mengagumi Al-Qur'an, karena ayat-ayatnya yang dilantunkan indah, bersimpati pada Fahri. Simpati yang akhirnya berubah menjadi cinta. Sayang sekali, Maria tidak pernah mengutarakan perasaan hatinya. Ia hanya menuangkannya dalam diary saja.

Selain Maria, ada juga Nurul (diperankan Melanie Putri), mahasiswi asal Indonesia , anak seorang kyai yang cukup kesohor, yang juga menimba ilmu di Al-Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati kepadanya, tetapi sayang rasa cinta itu dihalangi oleh perasaan mindernya, karena Fahri hanya anak seorang petani. Cinta yang akhirnya tak terucapkan. Ada juga tetangga yang selalu disiksa "ayahnya", dan Fahri ingin menolongnya, tetapi justru itulah yang menjadi awal bencana baginya. Fahri harus beberapa saat mendekam di penjara, karena tuduhan fitnah telah memperkosanya. Saat badai fitnah menimpa, saat itu Fahri sudah menikah dengan Aisha, gadis Turki yang menjadi warga Negara Jerman. Pendekatan diplomatik Indonesia buntu, gagal membebaskan Fahri.

Tetapi berkat kewarganegaraan Jerman yang dimiliki Aisha, pengadilan Mesir melunak. Fahri bebas, setelah dibuktikan bahwa tuduhan itu fitnah belaka. Sebenarnya Fahri hanya difitnah, kesaksian Noura palsu karena dinyatakan di bawah tekanan Bahadur, "ayah"nya. Padahal Bahadur, yang ternyata bukan ayah kandungnya, justru dialah yang memerkosanya, dan ingin menjualnya menjadi seorang pelacur. Sementara itu, Maria sedang sakit, karena tekanan batin yang dideritanya karena Fahri telah menemukan "sungai Nil"-nya, dan dia ternyata bukan dirinya. Tetapi berkat kegigihan Aisha, istri Fahri, Maria berhasil dihadirkan ke pengadilan. Kedatangannya menolong Fahri, karena ia menjadi saksi ketika Fahri dan Nurul menyembunyikan Noura di rumah Nurul, demi menyelamatkan Noura dari amukan Bahadur.

Justru Aisha sendiri, yang ketika Maria terbaring sakit, membaca diary-nya. Ternyata Maria memendam rindu kepada Fahri, cinta yang dibawanya sampai ia terbaring sakit. Aisha terharu. Ia akhirnya bersedia "membagi cinta" dengan Maria. Suaminya justru disuruh mengawini Maria, karena itulah satu-satunya obat bagi kesembuhannya. Fahri dan Maria pun kawin atas restunya. Madamme Girgis, ibu Maria, sangat berterima kasih dengan pengorbanan Aisha. Madamme Girgis memeluk erat Aisha, ketika wanita keturunan Turki itu menghindar dari akad nikah yang sedang diselenggarakan antara Fahri dan Maria yang sedang berbaring sakit, karena tidak bisa menahan gejolak jiwanya. Beberapa menit terakhir film ini diisi dengan adegan kebersamaan antara Fahri dengan kedua istrinya. Ada cemburu antara kedua istri Fahri, tetapi keduanya berusaha keras "menjaga hati". Sementara Fahri mempergumulkan makna keadilan bagi kedua istrinya. Aisha sedang hamil tua dan menunggu kelahiran bayinya, sementara Maria kembali jatuh sakit. "Ajarilah aku shalat", ucap Maria kepada Fahri, "karena aku ingin shalat bersama kalian". Fahri dan Aisha terkejut luar biasa. Dan dalam keadaan terbaring Maria shalat bersama Fahri dan Aisha, dan gadis Kristen Koptik itu mengehembuskan nafas terakhirnya sebagai seorang muslimah.


3. Tradisi Kristen Koptik di Mesir - Selayang Pandang

Gereja Ortodoks Koptik adalah gereja pribumi Mesir. Gereja ini lahir sejak awal sejarah Kekristenan, diawali dari kedatangan Rasul Markus, murid Rasul Petrus sekaligus penerjemahnya, yang juga dikenal sebagai penulis Injil Markus [3]. Markus mati syahid di Alexandria tahun 54 M, dan sejak saat itu Kekristenan berkembang pesat di "Negeri Firaun" itu.

Berbeda dengan gereja-gereja di wilayah Arab utara, khususnya Gereja Ortodoks Syria, yang sejak sebelum zaman Islam sudah menggunakan bahasa Arab, terbukti dari temuan-temua prasasti pra-Islam di wilayah Syria (Inskripsi Zabad tahun 512 M, Inskripsi Ummul Jimmal para abad VI M, dan inskripsi Hurran al-Lajja tahun 568 M), Gereja Koptik mula-mula memakai bahasa Koptik. Tetapi setelah kedatangan Islam, Gereja Koptik di Mesir mulai memakai bahasa Arab, berdampingan dengan bahasa Koptik. Bahasa Koptik adalah bahasa zaman Firaun yang aksara-aksaranya diperbarui dengan meminjam aksara Yunani.

Perlu dicatat pula, di seluruh gereja Timur, termasuk Gereja Ortodoks Koptik, masih dilestarikan tata-cara ibadah dalam penghayatan budaya Kristen mula-mula. Misalnya: Shalat Tujuh Waktu (Sab'ush shalawat) [4], Shaum al-Kabir (Puasa Besar) pra-Paskah, selama minimal 40 hari [5], membaca Injil dengan cara dilantunkan secara tartil (dikenal dengan Mulahan Injil-yang paralel dengan Tilawat al-Qur'an, dan masih banyak lagi. Anda bisa menyaksikan seorang pemuda yang komat-kamit membaca Kitab di tangannya sewaktu naik bus, atau kendaraan lain di Mesir. Siapakah mereka? Ternyata bukan hanya pemuda Islam yang membaca al-Qur'an, tetapi juga pemuda-pemuda Koptik dengan tatto Salib di tangan [6] sedang membaca kitab Agabea. Itulah Kitab Shalat Tujuh waktu, yang tidak pernah mereka alpakan, juga ketika mereka sedang berkendara di jalan, sepulang kantor, atau berangkat ke kampus.

Informasi terakhir, meskipun orang Muslim atau orang Kristen di Mesir sama-sama berbahasa Arab, tetapi antara keduanya tetap bisa dibedakan. Idiom-idiom keagamaan mereka berbeda, tetapi juga tidak jarang pula sama atau paralel. Di koran-koran berbahasa Arab, ucapan bela sungkawa orang Kristen biasanya diawali ungkapan: Intiqala ila Amjadis samawat (Telah berpulang kepada Kemuliaan Surgawi), cukup mudah dibedakan dengan kaum Muslim: Inna Iillahi wa Inna Ilayhi Rajiun (Sesungguhnya semua karena Allah dan kepada-Nya pula semua akan kembali). Tapi ada banyak persamaan tradisi, misalnya: pertunangan, perkawinan, kematian, dan masih banyak lagi.


4. Resensi atas Novel dan Film "Ayat-ayat Cinta"

Kalau tidak berpretensi bisa atau mampu dalam meresensi sebuah novel apalagi sebuah film. Saya hanya ingin memberi beberapa catatan atas beberapa tradisi Mesir pada umumnya, dan tradisi Kristen Koptik di Mesir khususnya, yang kadang-kadang kurang tepat disampaikan dalam film ini:

4.1. Adat-Istiadat, Bahasa dan Budaya

Beberapa tokoh dalam film ini gagal memerankan tokoh orang Mesir. Madamme Nafed (Marini), mamanya Maria, kala mengucapkan kata: "bisyur'ah" (cepat!), tampak kurang ekspresif. Alangkah lebih " Egypt " nuansanya, bila ia berkata dengan penekanan: "Yala, yala, bisyur'ah, Ya Maria!", misalnya. Begitu juga, sebagai sosok gadis Mesir, Maria yang diperankan Carissa Putri, rasanya terlalu calm dan "melankolis" . Ketika ia mengucapkan "Afwan" (terima kasih kembali), menjawab kata-kata Fahri ketika menerima kiriman juice mangga yang dikirim Maria melalui tariakan keranjang kecil dari jendela kamarnya: "Musyakirin awiala ashir Manggo" (Terima kasih banyak atas juice mangga) [7]. Lebih ekspresif, seandainya Maria mengatakan: "Afwan Ya Habibi!"

Malahan dalam suatu pesta perkawinan yang digambarkan dalam film tersebut, tidak ada bunyi jagreed (suatu bunyi siulan ibu-ibu yang menandai penyambutan acara-acara kegembiraan mereka). Yang juga tidak kalah penting untuk dicermati, dialek Arab tokoh Maria ketika bertanya: Qamus 'Arabi?, diucapkan dalam dialek terlalu " Saudi Arabia ": Qomus Arabi? Saya kira ini salah satu kekhasan mahasiswa Islam asal Indonesia, karena ketika belajar bahasa Arab di pesantren, lebih mirip dialek Saudi Arabia yang memang lebih "fushah" (klasik). Tetapi tidak demikian dengan dialek Mesir, mereka tidak mengucapkan: Subhro, Mubarok, Rohmat, melainkan: Subhra, Mubarak, Rahmat, dan sebagainya.Begitu juga, ungkapan salah seorang Mesir ketika melerai pertengkaran: "Khalash! Khalash!" (sudah, sudah!), lebih "Mesir" lagi kalau diucapkan: "Khalash, khalash ba'ah!"

Begitu juga, biasanya seorang Mesir mengucapkan kara "La, la, la" (tidak, tidak, tidak!), sambil dengan jari telunjuk bergerak-gerak, dan bibir berdecak. Ucapan "ahlan", biasanya diucapkan berkali-kali: "Ahlan, ahlan, ahlan..." Yang lebih mengganjal lagi, dalam salah satu percakapan, seorang tokoh mengucapkan dialek Mesir bercampur dengan bahasa Arab klasik: Asyan Ana bahibaki awi (Karena saya sangat mencintaimu) , mestinya: Asyan Ana bahibik awi. Asyan adalah ucapan cepat dari alashan, sedangkan Ana Bahibak, Ana bahibik, dalam bentuk klasiknya: Ana uhibuka, Ana uhibuki.

Lokasi syuting yang memang tidak dibuat di Mesir, membuat pemirsa tidak bisa secara utuh mengikuti dan membayangkan "suasana Mesir". Mulai rumah-rumah warga kelas menengah ke atas, lengkap dengan mashrabiya-nya [8], jalan-jalan kota lama Cairo yang macet, tidak terkecuali Midan Tahrir dengan warung-warung Asher (juice) segarnya. Malahan dalam suatu pesta perkawinan yang digambarkan dalam film tersebut, tidak ada bunyi jagreed (suatu bunyi siulan ibu-ibu yang menandai penyambutan acara-acara kegembiraan mereka). Masih banyak adat kebiasaan lain, yang dalam film ini tidak berhasil ditonjolkan dengan baik, sehingga ber-"suasana Indonesia dan India", ketimbang ber-"suasana Mesir", dan negara-negara Arab di Timur Tengah pada umumnya.

4.2. Tradisi Kristen Koptik

Ada kesan kuat saya, bahwa penulis novel ini, sekalipun lama tinggal di Mesir, tidak mengetahui budaya dan tradisi Kristen Koptik. Misalnya, penggambaran Maria yang tertarik dengan Al-Qur'an karena ayat-ayatnya di-"tilawat" - kan dengan indah. Padahal tradisi untuk membaca Kitab Suci dengan tartil bukan hanya tradisi Islam, melainkan tradisi Timur Tengah (baik Yahudi maupun Kristen Timur) jauh sebelum lahirnya Islam. Sampai hari ini, gereja-gereja Timur (baik Gereja-gereja Ortodoks maupun Katolik ritus Timur) membaca Kitab Suci yang tidak jauh berbeda.

Simbol salib hanya ditonjolkan untuk mengisi latar belakang Koptik keluarga Maria, tetapi tradisi Koptik sama sekali tidak dipahaminya. Misalnya; Madamme Girgis digambarkan berdoa dengan melihat kedua tangan, padahal orang-orang Kristen di Timur Tengah berdoa dengan cara menengadahkan tangan, sama dengan Islam.Bedanya, dalam Islam diawali dengan rumusan Basmalah: Bismillahi rahmani rahim (Dengan Nama Allah Yang Pengasih dan Penyayang), sedangkan dalam Kristen dengan membuat tanda salib dan berkata: Bismil Abi wal Ibni wa Ruhil Quddus al-Ilahu Wahid, Amin (Dengan Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Allah Yang Maha Esa, Amin).

Masih ada hal yang sangat menganggu, yaitu tattoo Salib di tangan Maria terbalik, dan terlalu besar ukurannya. Dan terakhir, permintaan Maria kepada Fahri ketika ia terbaring sakit: "Ajarilah aku shalat!", mestinya lebih baik diperjelas: "Ajarilah aku shalat secara Islam!"

Mengapa? Sebab kata "shalat" saja, di Mesir dan di negara-negara Arab yang di dalamnya umat Islam dan Kristen hidup bersama-sama, bukan merupakan terma eksklusif Islami. Jadi berbeda dengan negara-negara Muslim non-Arab.

Orang-orang Kristen Koptik juga mengenal waktu-waktu shalat yang tujuh kali sehari. Waktunya sama dengan shalat Islam, ditambah dengan "shalat jam ketiga" (kira-kira jam 09.00 pagi, untuk memperingati turunnya Roh Kudus, Kis. 2:15), dan jam 24.00 tengah malam, yang dikenal dengan, shalat Nishfu Lail (tengah-malam) . Lima waktu shalat selebihnya untuk mengenal Thariq al-Afam (Via Dolorosa) atau jam-jam sengsara Kristus.

Lebih jelasnya, kala shalat, jauh sebelum zaman Islam kata ini sudah dipakai dalam bentuk Aram tselota. Menariknya, waktu-waktunya memang sama dengan Islam (Subuh, Dhuhr, Asyar, Maghrib dan Isya), dan dua sisanya sejajar dengan salat sunnah Dhuha dan Tahajjud. Meskipun demikian, istilah, untuk waktu-waktu salat tersebut berbeda, dan waktu-waktu doa ini mempunyai makna teologis terkait dengan jam-jam sengsara Yesus Kristus (Thariq al-Afam) sebagai berikut:

1. "Salat jam pertama" (Shalat as Saat al-Awwal), kira-kira jam 06.00 pagi waktu kita, untuk mengenang saat kebangkitan Kristus Isa Al-Masih) dari antara orang mati (Markus16:2).
2. "Salat jam ketiga" (Shalat as-Sa'at ats-Tsalitsah) , kira-kira jam 9 pagi, yaitu waktu pengadilan Kristus dan turunnya Roh Kudus (Markus 15:25; Kisah 2:15).
3. "Salat jam keenam" (Shalat as-Sa'at as-Sadi-sah) , kira-kira jam 12 siang, yaitu waktu penyaliban Kristus (Markus 15:33, Kisah 3:30).
4. "Salat jam kesembilan" (Shalat as-Saat at Tasiah), kira-kira jam 3 petang, untuk mengenang kematian Kristus (Markus 15:33,38; Kisah 3:1).
5. "Salat Terbenamnya Matahari" (Shalat al-Ghurub), yaitu waktu penguburan jasad Kristus (Markus15:42).
6. "Salat waktu tidur" (Shalat ai-Naum), untuk mengenang terbaringnya tubuh Kristus; dan
7. "Salat Tengah Malam" (Shalat as-Satar atau Shalat Nishfu al-Layl) adalah jam berjaga-jaga akan kedatangan Kristus (Isa Al-Masih) yang kedua kalinya (Wahyu 3:3)[9].

Salat Tujuh waktu (As-Sab'u Shalawat) ini, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Islam. Mengapa? Karena praktek doa ini, khususnya seperti yang dipelihara di biara-biara, sudah ada jauh sebelum zaman Islam. "Kanonisasi (waktu-waktu) salat" (Shalat al-Fardhiyah) , sudah mulai dilakukan dalam sebuah dokumen gereja kuno berjudul Al-Dasquliyyat atau Ta'alim ar-Rusul yang editing terdininya dikerjakan oleh St.Hypolitus pada tahun 215 M. [10]


5. Novel Religi, Film Dakwah: Bukan Film Cinta Biasa

Seperti komentar banyak tokoh dalam novel "Ayat-ayat Cinta", memang hasil karya Habiburrahman el-Shirazy ini bukan sekedar novel cinta biasa, melainkan novel cinta, religi, figh, politik yang sarat dengan pesan-pesan keagamaan. Novel ini ingin menghadirkan Islam secara damai, multi-kultural, sarat sentuhan nilai cinta kasih, dan jauh dari gambaran kekerasan yang selama ini sering di-stigmakan oleh orang Barat.

Meskipun demikian, novel ini juga sarat terhadap apologetika untuk membela Islam. Semangat dakwah yang berkobar-kobar perlu diacungi jempol, tetapi terkadang "kelewat batas". Misalnya, dalam Bab 33: "Nyanyian dari Surga" (tetapi bagian ini untungnya tidak divisualisasikan dalam film), Maria bertemu dengan Bunda Maria, Ibunda Isa Al-Masih dalam mimpinya ketika terbaring sakit. Di Bab Ar-Rahmah (pintu Rahmat), Bunda Kristus itu, menampakkan diri begitu anggun dan luar biasa. "Dia (Allah) mendengar haru biru tangismu", kata Bunda Maria, "Apa maumu?". "Aku ingin masuk surga. Bolehkah?", tanya Maria sambil menangis.

"Boleh", jawab Bunda Maria. "Memang surga diperuntukkan untuk semua hamba-Nya. Tapi kau harus tahu kuncinya". "Apa kuncinya?", tanya Maria. "Nabi pilihan Muhammad Saw telah mengajarkannya berulang-ulang. Apakah kau tidak mengetahuinya? ", tegas Bunda Maria. "Aku tidak mengikuti ajarannya", kata Maria. "Itu salahmu!", kata Bunda Maria lagi. Lalu dijelaskan bahwa jalan ke surga itu harus lewat Islam.

"Maria, dengarlah baik-baik!", kata Bunda Kristus kepadanya. "Nabi Muhammad sudah mengajarkan kunci untuk masuk surga, "Barangsiapa berwudhu dengan baik lalu mengucapkan: Asyhadu an La ilaha illallah wa asyhadu anna Muhamadan abduhu wa rasuluh (Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah Hamba-Nya dan Rasul-Nya), maka akan dibukakan delapan pintu surga untuknya dan ia boleh masuk yang mana ia suka." Maria akhirnya masuk Islam, mengucapkan syahadat dan melaksanakan shalat sebelum ajal menjemputnya. Inilah "ending" novel dakwah ini.


6. Catatan Reflektif

Catatan reflektif saya, untuk mengakhiri artikel singkat ini, sedikit saja. Setiap orang bebas untuk menyatakan keyakinannya. Termasuk keyakinan bahwa surga itu hanya "hak orang-orang Muslim". Kalau anda tertarik dengan tawaran ini, silakan saja. Bebas dan tidak ada yang melarang. Tetapi pernahkah anda berpikir, apakah orang lain yang berkeyakinan berbeda bebas juga mengutarakan keyakinannya? Seperti keyakinan bahwa Bunda Maria, tokoh paling suci dalam Kekristenan setelah Yesus Kristus, telah menunjuk bahwa jalan ke surga harus melalui Muhammad.

Bolehkah orang Kristiani, yang mempercayai bahwa Yesus adalah Jalan dan Kebenaran dan Hidup, dan tidak seorangpun yang sampai kepada Bapa kecuali melalui Kristus (Yohanes 14:6), meminjam "lisan Nabi Muhammad" untuk mengajar keyakinan itu? Moga-moga anda membolehkannya, seperti kami tidak mendemo ketika "Ayat-ayat Cinta" meminjam "mulut suci Bunda Maria" untuk dakwah agama Islam.

Kalau begini, mengapa harus marah kepada Ahmadiyah? Sebaliknya, mengapa harus mengelu-elukan "Injil Yudas", dan "The Da Vinci Code", tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain yang tidak menyetujuinya? Katakanlah, "berjuta-juta orang Kristen yang tersakiti perasaannya" karena publikasi novel dan film itu?"

Padahal film ini akan lebih mendidik lagi, kalau misalnya diungkap juga fakta keberdampingan harmonis kehidupan umat Kristen dan umat Islam di negeri yang oleh Ibnu Khaldun dijuluki "lbunda Dunia" ini. Misalnya, tenda-tenda Maidah ar-Rahman (Jamuan Sang Pengasih), yaitu jamuan makan gratis yang dibuka di jaan-jalan kota Kairo, yang di beberapa wilayah Koptik, seperti Subhra, misalnya, selalu dibuka oleh uskup Gereja Ortodoks Koptik sebagai simbol persatuan nasianal (Wihdat al- Wathani).

Begitu juga, kehadiran Syeikh Al-Azhar, Dr. Muhammad Tanthawi, pada acara Idul Milad ( Natal ) di Katedral Al-Qidis Marqus, Abbasiya. Tradisi saling mengucapkan selamat hari raya, baik hari-hari raya Islam maupun hari-hari raya Kristen, juga menjadi kebiasaan yang patut dijadikan referensi di negara-negara mayoritas Muslim non-Arab, seperti Afganistan, Pakistan, dan Indonesia akhir-akhir ini, yang terkadang "lebih Arab ketimbang negara-negara Arab sendiri" [11].

Dan akhirnya, berbarengan dengan perasaan sedih dan menyayangkan peredaran film "The Fitna", saya yang terus menerus mencoba memahami sukacita anda menyambut film "ayat-ayat Cinta", izinkanlah saya mengucapkan: Mabruk, (Selamat!) atas prestasi dan sukses film ini. Ini bukan basa-basi. Karena sekalipun ada yang tidak saya setujui isinya, tapi hati saya turut merasakan gembira bila anda bergembira.

*) Bambang Noorsena adalah pendiri Institute for Syriac Christian Studies (ISCS), alumnus Kajian Perbandingan Agama pada Dar Comboni Institute, Cairo, Mesir.


Lampiran dan Catatan Kaki :


7. Lampiran Novel Ayat-ayat Cinta Hal. 400 - HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

Yang kuhafal, adalah surat Maryam yang tertera di dalam Al-Quran. Dengan mengharu biru aku membacanya penuh penghayatan.

"Selesai membaca surat Maryam aku lanjutkan surat Thaha. Sampai ayat sembilan puluh sembilan aku berhenti karenaa Babur Rahmah terbuka perlahan. Seorang perempuan yang luar biasa anggun dan sucinya keluar mendekatiku dan berkata, "Aku Maryam". Yang baru saja kausebut dalam ayat-ayat suci yang kau baca. Aku diutus oleh Allah untuk menemuimu. Dia mendengar haru biru tangismu. Apa maumu? Aku ingin masuk surga. Bolehkah? "Boleh". Surga memang diperuntukkan bagi semua hambaNya: Tapi kau harus tahu kuncinya?' Apa itu kuncinya?'

Nabi pilihan Muhammad Saw. telah mengajarkannya berulang-ulang. Apakah kau tidak mengetahuinya? ' Aku tidak mengikuti ajarannya.' Itulah salahmu.

'Kau tidak akan mendapatkan kunci itu selama kau tidak mau tunduk penuh ikhlas mengikuti ajaran Nabi yang paling dikasihi Allah ini. Aku sebenarnya datang untuk memberitahukan kepadamu kunci masuk surga. Tapi karena kau sudah menjaga jarak dengan Muhammad Saw, maka aku tidak diperkenankan untuk memberitahukan padamu.

Bunda Maryam lalu membalikkan badan dan hendak pergi. Aku langsung menubruknya dan bersimpuh di kakinya. Aku menangis tersedu-sedu. Memohon agar diberitahu kunci surga itu. Aku hidup untuk mencari kerelaan Tuhan. Aku ingin masuk surga hidup bersama orang-orang yang beruntung. Aku akan melakukan apa saja, asal masuk surga. Bunda Maryam, tolonglah aku. Berilah aku kunci itu! Aku tidak mau pergi selama-lamanya. Aku terus menangis sambil menyebut-nyebut nama Allah.

______________________________________________


[1] Habiburrahman EI Shirazy, Ayat-ayat Cinta: Sebuah Novel Pembangun Jiwa. Edisi Revisi ( Jakarta : Basmala dan Harian Republika.2006) .
[2] Nama Girgis (arabisasi dari nama George, seorang santo atau al-qidis, yang sangat populer di Gereja-gereja orthodoks), Butros (arabisasi dari Petrus) dan nama-nama dalam bahasa Yunani, Ibrani atau Koptik, orang-orang Kristen Arab bisa juga memakai nama-nama Arab sebelum dan sesudah Islam. Biasanya, nama-nama Kristen Arab misalnya: Abdul Masih (Hamba Kristus), Abdul Fadi (Hamba Sang Penebus), cukup mudah dibedakan dengan nama-nama Arab Muslim: Abdul Aziz, Ramadhan, Mahmud, Ahmad, Ashraf dan sebagainya. Tetapi nama-nama seperti Abdullah (Hamba Allah), Ibrahim, Ishak, Mukmin, dan masih banyak lagi, adalah nama-nama netral yang dipakai baik orang Kristen maupun Islam.
[3] Irish Habib al-Masri, Qishah Al-Kanisah al-Qibthiyyah. Jilid I ( Cairo : Maktabah al-Mahabbah, 2003), hlm. 20-33. Lihat juga: A. Wessels, Arab and Christian? Christian in the Middle East (Kampen: Kok Pharos Publishing House, 1995), him. 126.
[4] 4Lihat panduan Shalat dalam Gereja Orthodoks Koptik: A/-Ajabiyya: As-Sab'u Sha/awot An-Nahtriyyah wa Lailiyyat ( Cairo : Maktabah al-Mahabbah, 2001).
[5] 5AI-Qush Yoanis Kamal, Tartib UshbO' A/-A/om (Oar al-Jilli ath-Thaba'ah, 2001).
[6] Munculnya tradisi tattoo salib di tangan, pertama kali berasal dari masa penganiayaan. Tanda itu menjadi semacam kode sesama umat Kristen demi keselamatan mereka dari para penganiaya mereka. Karena Gereja Koptik Mesir pada zaman Romawi menjadi gereja yang teraniaya, maka tarikh Koptik yang ditandai dengan peredaran bintang Siriuz, disebut dengan Tahun Kesyahidan (Anno Martyri), yang tidak termasuk tahun syamsiah (matahari) ataupun qamariyah (bulan), tetapi disebut tahun kawakibiyah (tahun bintang).
[7] Kata "musyakirin awi ala ..." (Terima kasih banyak atas...) adalah dialek khas Mesir, kata "awi" asalnya dari: "qawwi" (besar), dalam bahasa Arab klasik: "Syukran 'ala... " (terima kasih atas...), atau "Alfu syukran 'ala ..." (beribu terima kasih atas...)
[8] Mashrabia adalah jendela kecil yang terbuat dari kayu dan dihias dengan ukiran halus, biasanya digunakan oleh anak-anak gadis orang kaya untuk mengintip keluar tetapi orang tidak bisa melihat ke dalam.
[9] Fakta bahwa seluruh gereja-gereja di Timur, baik Ortodoks maupun Katolik ritus Timur. melaksanakan salat tujuh waktu baik sebelum maupun sesudah Islam dengan jelas dicatat Aziz S. Atiya, History of Eastern Christianity (Nostre Dome. Indiana : University of Nostre Dame Press, Lt.). Demikialah catatan Aziz S. Atiya mengenai pelestarian ibadah ini pada tiap-tiap Gereja: Orthodoks Koptik: "These seven hours consisted of the Morning prayer, Terce, Sext, None, Vespers, Compline and the Midnight prayer..." (hlm. 128).Mengenai Gereja Orthodoks Syria , "...keep usual hours from Matins to Compline, with they describe as the 'protection prayer' (Suttara) before retiring" (hlm. 124). Sedangkan Gereja Maronit di Lebanon: "Seven in number., they are the Night Office, Matins, Third, Sixth and Nine Hours, Verpers and Compline" (hlm. 414). Lebih lanjut. mengenai Shalat Tujuh Waktu ini dalam bahasa Arab. lihat: Mar Ignatius Afram al-Awwal Borshaum (ed.), Al-Tuhfat al-Ruhiyyahi fi ash-Shalat al-Fardhiyyah ( Aleppo . Suriah: Dar al-Raha Ii an-Nasyr. 1990).
[10] Marqus Dawud (ed.), Al-Dasquliyyah, ar Ta'alim arĂ¯ Rusul ( Cairo : Maktabah al-Mahabbah, 2003), Bab: Auqat Shalawat (Waktu-waktu Salat), hlm. 171-172.[11] Lih. Artikel saya: Bambang Noorsena, "Ramadhan di Cairo", di Surabaya Post, 20 Agustus 2004, yang dimuat kembali di www.iscs.id
(Sumber: Acara Forum Fokus di Gedung Kasih Bersaudara - Lt.4, Awal April 2008)

19 May 2008

The Answer of My Prayer


I asked for Strength…
And God gave me Difficulties to make me strong.

I asked for Wisdom….
And God gave me Problems to solve.

I asked for Prosperity…
And God gave me Brain and Brawn to work.

I asked for Courage…
And God gave me Danger to overcome.

I asked for Love…
And God gave me Troubled people to help.

I asked for Favors…
And God gave me Opportunities.

Even I received nothing I wanted,
I received everything I needed
and I realized
all my prayers have been answered.

Author: unknown
Inspired by Jeremiah 29:11

18 May 2008

666

Saat ini marak di antara orang-orang Kristen yang SMSan mengenai AXIS, bahkan SMS berantai (wah....untung besar operator HP). Demikian juga dengan email-email yang membahas mengenai AXIS. Wah, AXIS ada harganya Rp. 6, Rp. 60, dan Rp. 600 (lihat iklannya) --------- itu 666 !!!!
Kalau teman-teman ada yang mempunyai data otentik bahwa AXIS adalah pendukung dana gereja setan dapat kirim ke saya, saya ingin tahu lebih dalam. Sebelum kita memiliki data yang otentik saya akan membahas dan memberi saran:
1. Jika tidak ada/belum punya bukti, janganlah kita menyebarkan rumor, karena ini berarti kita sudah memfitnah dan menghakimi. Kita berdosa ! Lagian sayang uang kita untuk sms yang tidak jelas.
2. Sejak saya dulu persekutuan di PMKMC sudah ada banyak yang "jualan khotbah" mengenai 666. Mulai dari COMPUTER adalah 666 (yang kotbah ternyata juga pakai computer)sampai tentang BAR CODE adalah 666 (yang khotbah juga tetap beli barang di super market yang ada bar code). Isu-isu itu kemudian hilang. Entah kapan ada lagi dan mungkin saat ini dengan adanya AXIS bisa dijadikan "jualan khotbah" lagi.
3. Mengapa 666 menjadi sesuatu yang menarik untuk dibahas :
a. Angka 666 terdapat di dalam kitab Wahyu. Perlu diketahui bahwa tulisan pada Kitab Wahyu banyak menggunakan bahasa lambang yang dimengerti oleh jemaat saat itu. Hal ini dilakukan karena mereka hidup di bawah pemerintahan bangsa Romawi yang menyiksa dan menganiaya orang Kristen sehingga jemaat surat menyurat dengan menggunakan bahasa lambang.
b. Oleh karena itu orang-orang di zaman sekarang, yang tidak tahu dengan pasti arti lambang-lambang pada saat itu mudah sekali menafsirkannya sesuai dengan kemampuan imajinasi dan "mengkotbahkannya" dengan menarik. Dan jika ia dapat mengemasnya dalam khotbah yang logis maka itu akan menjadi "jualan khotbah" yang tak habis-habis dan sangat menarik namun tidak ada aplikasi dalam hidup sehari-hari.

Prinsip menafsir Alkitab adalah ayat-ayat yang jelas menjelaskan ayat-ayat yang kurang jelas (apalagi yang menggunakan lambang). Namun banyak Pendeta membaliknya: menggunakan ayat-ayat yang kurang jelas untuk menjelaskan ayat-ayat yang jelas agar kelihatan hebat dan bahkan mengklaim "dipenuhi Roh Kudus, langsung mendapat wahyu dari Tuhan" (padahal pesan utamanya jauh dari seluruh pengajaran Alkitab). Ngawur berat! Sebagai contoh mari perhatikan sekarang ini banyak Pendeta yang tengkang-tengking gambar naga, guci dipecah, baju bergambar naga dilarang keras karena menganggapnya setan menurut Kitab Wahyu. Kita tahu bahwa yang ditekang tengking adalah gambar naga menurut gambaran orang china sementara yang di Alkitab adalah naga menurut gambaran orang Yahudi. Apakah Pendeta-Pendeta seperti itu tahu gambaran naganya orang Yahudi?

Angka 666 dalam Kitab Wahyu menurut Ensiklopedi Alkitab dan Sistematika Teologi Prof. Louis Berkoff merujuk pada kaisar Nero. Orang-orang pada zaman itu sering menggunakan angka (sekaligus mungkin sebagai pelambang) untuk menyebut nama seseorang dan angka 666 jika dimasukkan ke huruf maka akan muncul "Nero Kaisar." Seperti misalnya ada orang bernama Liok Sam, maka mungkin waktu membicarakan dia kita menyebutnya dengan Si 63, atau Samsu kita sebut Si 34. Jika setiap angka 666 dianggap setan dan mesti ditengking maka gawat betul hidup saya ini. Saya tidak mungkin menghindarinya karena saya lahir di bulan Juni 1966 maka di no. KTP saya pasti ada angka 666. Ah, Pendeta mana yang bisa tengking KTP saya hingga angka itu hilang namun KTP tetap berlaku?


Saat ini gereja mengalami penurunan karena banyak gereja yang menggunakan alat-alat (misalnya anggur dan roti perjamuan kudus, dll) sebagi jimat. Jadi sebenarnya banyak dukun sedang "berkarya" di gereja. Saya tidak terlalu risau dengan Gereja Setan karena mereka jelas mengatakannya sendiri (sehingga siapa yang masuk ya bodohnya dia). Tetapi saya risau kalau ada gereja Tuhan namun di dalamnya ada praktek setannya. Ini sangat berbahaya. Alkitab memperingatkan kita agar berhati-hati terhadap nabi-nabi palsu. Kalau palsu pasti mirip dengan aslinya. Para pelayanan di Gereja Setan bukan nabi-nabi palsu karena mereka jelas lain. Yang disebut nabi palsu justru mereka yang memakai "merek" gereja dan bergelar pendeta tetapi mempraktikkan kepalsuan. Praktek perdukunan sekarang ini semakin marak di gereja-gereja dengan bersembunyi di balik kata "mujizat."

Sekian dulu email saya. Salam Sejahtera di dalam kasih TUHAN YESUS KRISTUS. Kiranya kita bertambah-tambah dalam hikmat dan hidup sesuai kehendak-Nya. Selamat melayani.

Penulis: Yu Siang

Tulisan diambil dan diedit dari milis PMK Melisia Christi. Baca juga ulasan berbobot lainnya di http://www.akupercaya.com/blog/view/id_495/title_axis-gsm-setankah/