31 May 2008

Saturday Joy and Enjoy!


Setelah acara Paskah di PMK Melisia Christi pada bulan April yang lalu, PMK merencanakan akan mengadakan Saturday Joy sebagai follow-up nya. Sudah beberapa kali kami kebingungan menentukan tanggal untuk acara refreshing bersama ini. Pada penentuan tanggal yang pertama ternyata para angkatan 2007 semuanya berhalangan ikut. Pada waktu itu kelihatannya para dosen sedang gencar-gencarnya memberikan tugas. Hahahahaha. Lalu, pada penentuan yang kedua ternyata beberapa panitia tak bisa ikut karena ada mata kuliah penting yang diadakan pada tanggal tersebut. Dan akhirnya, hari yang dinanti-nantikanpun tiba. Hari Sabtu tanggal 24 Mei 2008 ada 23 orang anggota PMK Melisia Christi yang ikut pergi jalan-jalan ke Deles dan Cokro (Klaten).

Karena hari itu hari terakhir ujian semester, beberapa teman tidak bisa ikut walaupun mereka sangat ingin. Padahal jam keberangkatan pun sudah sengaja diundur dari jam tujuh ke jam delapan agar beberapa orang dapat menyusul. Namun, lebih dari itu kami harus berangkat agak telat sekitar 45 menit. Kami menunggu dua orang teman kami yang ujian take home pada sesi 1. Salah satunya saya sendiri. Saya benar-benar merasa tidak enak kepada yang lain. Kami sebenarnya berencana menyusul saja bersama Ko Ajung dan Sandy, tetapi kami diyakinkan untuk berangkat bersama-sama. Saat itu bensin di motorku pun sangat tipis. Aku sendiri tidak yakin motor ini dapat bertahan sampai di sana. Kami berangkat menuju Deles. Kami melalui jalan Solo dan berbelok di pertigaan Prambanan. Aku dan Ko Akin sempat tersesat karena kami tertinggal di belakang. Waktu itu kami salah menafsirkan sms dari teman kami, sehingga kami tidak berbelok. Kemudian, kami terus berhubungan melalui sms, sampai akhirnya bertemu dengan rombongan di perempatan setelah belok di jalan sebelah Candi Prambanan.

Ko Welly memberi pengarahan bahwa kami semua harus berjalan berdekatan sehingga tidak ada yang tersesat lagi. Biar Ko Ricky saja yang berada di bagian belakang. Dia tahu tempat yang akan kami tuju karena dia juga survei ke sana. Beberapa kali kami berhenti untuk mengecek tidak ada yang tertinggal di belakang lagi. Karena kami harus melewati beberapa belokan, kami disarankan agar tetap saling berdekatan. Sampai-sampai kecepatan kami disamakan untuk menghindari ketertinggalan. Juga, agar kami cepat sampai di sana.

Jalan-jalan yang kami lewati dikelilingi pemandangan yang asri. Sawah-sawah yang hijau dan luas ada di kanan-kiri jalan. Diselingi rumah-rumah sederhana ala pedesaan. Rumah-rumah yang ada masih beratapkan genting-genting. Banyak rumah yang memiliki kebun kecil atau setidaknya ada sedikit warna hijau yang melindungi rumah tersebut dari sengatan matahari. Lalu, setelah beberapa kali kami membelok, kami sampai di jalanan yang naik. Rumah-rumah yang kami lihat mulai agak jarang. Kami berjalan dengan dikelilingi oleh pepohonan yang tinggi diselingi dengan rumah-rumah yang luas halaman yang lumayan luas. Rumah-rumah tersebut tidak terlihat semodern rumah-rumah di kota. Halamannya hanya berupa tanah terbentang. Pagar rumahnya pun tidak tinggi dan bagus seperti di kota-kota. Bahkan, kebanyakan tidak memiliki pagar rumah.

Jalan menanjak yang kami lewati mulai agak rusak. Banyak truk berisikan bahan bangunan melewati jalan itu juga. Tetapi ada juga jalan yang masih bagus. Yang kutakutkan adalah motorku mati di tengah jalan yang menanjak. Namun, kekhawatiran itu sedikit terhapuskan saat Ko Ricky dan Ko Welly mengatakan ada pom bensin di depan, motor kami pasti dapat sampai di Deles. Tak berapa lama, kami sampai di gapura bertuliskan selamat datang di kawasan wisata Deles. Kami berhenti sebentar untuk membayar karcis masuk ke daerah tersebut. Saat kami akan melanjutkan perjalanan masih ada dua motor yang belum sampai ke sini, yaitu motor Ko Leo-Lenny dan Ko Ricky-Irva. Ko Welly turun ke bawah untuk melihat keadaan. Beberapa menunggu di tempat tersebut dan yang lainnya melanjutkan perjalanan. Setelah kami menyadari tak ada dari kami yang tahu tempatnya, kami berhenti di tempat yang teduh dan agak mendatar.

Setelah menunggu, akhirnya mereka semua datang. Yang mengagetkan kami adalah mereka berdua berganti pasangan. Ko Ricky memboncengkan Lenny dan Ko Leo dengan Ci Irva. Ternyata mesin motor Ko Leo panas sehingga tidak kuat naik. Lenny yang memiliki badan agak subur bertukar tempat dengan Ci Irva yang badannya agak kecil. Tak sampai dari lima menit kami sampai di tempat yang dituju.

Di dekat pintu masuk tempat kemah tersebut ada orang-orang yang mendirikan tempat parkir liar. Kami tidak menuju tempat tersebut tetapi langsung masuk ke area kemah dengan motor kami. Kami memutuskan untuk memarkir motor di dekat kami akan melakukan acara. Kalaupun kami membayar mereka, motor yang dititipkan tersebut tidak dijaga seperti saat kami survei dulu. Saat kami akan memindahkan motor orang-orang yang jaga parkir tersebut membunyi-bunyikan peluit untuk memperingati kami. Mereka berteriak-teriak bahwa tidak boleh parkir di area tersebut. Padahal tidak ada papan larangan apapun. Bahkan, mereka mengejek kami sebagai orang terpelajar tapi tidak tahu aturan. Kami sempat emosi dan uring-uringan sendiri. Tetapi, kami memilih untuk bersikap cuek menghadapi gangguan-gangguan mereka. Kami tahu sebenarnya mereka hanya ingin meminta uang parkir. Jika kami menjaga motor kami sendiri, tentu mereka kehilangan kesempatan mendapatkan uang. Walaupun agak khawatir, kami tetap bersikukuh dengan keputusan kami. Saat kami beranjak ke tempat acara, mereka mulai merubuhkan pohon untuk menutup jalan masuk.

Setelah memarkirkan motor kami, ada beberapa orang yang ingin buang air kecil. Kelihatannya di sekitar tempat itu hanya ada toilet yang rusak. Jadi, mereka menggunakan toilet dengan atap terbuka. Tenang saja, tiap bergiliran menggunakan toilet alam tersebut ada yang menjaga agar orang lain tidak dapat melihat.

Acara Saturday Joy di Deles pun dimulai. Kami membentuk sebuah lingkaran. Acara ice breaker dipimpin oleh Kak Yeyen. Dia dibantu oleh Aldo sebagai gitaris. Kami menyanyikan lagu ‘Kasih-Nya seperti Sungai’ dengan gerakan yang memerlukan konsentrasi. Kami diajari suatu gerakan berturutan. Itu lo, yang pertama-tama setiap orang di dalam lingkaran membuka dua tangannya ke samping. Gerakan pertama, kami menepukkan tangan kanan kami ke tangan kiri teman di sebelah kami. Lalu, menepuk kedua paha masing-masing secara berurutan. Kemudian, menepuk sisi bawah tangan kiri dan sisi atasnya. Tepuk tangan sekali. Membuat gerakan seperti membunyikan jari-jari. Terakhir tepuk tangan dua kali. Yang paling membuat kerancuan adalah tepuk tangan sekali, membunyikan jari dan tepuk tangan dua kali. Tapi kelihatannya Ko Aheng dan Ko Ati tetap saja kebingungan dari awal. Lagu pun dimainkan dan mulailah tangan kami bergerak-gerak seperti tangan gurita. Pada percobaan awal banyak juga yang mahir, tapi beberapa masih kebingungan. Saat lagu dimainkan semakin cepat kebingungan pun melanda. Ada juga yang sempat berhenti, ya, mungkin untuk mengambil nafas.. hahahaha. Tetapi meneruskannya lagi. Aku pun sempat kebingungan tapi untung saja itu adalah putaran terakhir hahaha.

Kak Yeyen memanggil orang-orang yang berbuat kesalahan sangat banyak ke tengah-tengah lingkaran. Tak perlu ditunjuk, Ko Aheng dan Ko Ati mengaku dan maju ke tengah lingkaran. Sebagai hukuman mereka harus salah seorang dari mereka harus membuat puisi dan yang lain memperagakannya. Pokoknya puisi itu harus ada hubungannya dengan alam. Pertama adalah giliran Ko Aheng yang berpuisi. Ko Ati memperagakan isi dari puisi tersebut. Kata kunci puisi pertama adalah cemara, jadi Ko Ati memperagakannya. Yang lucu ketika Ko Aheng berkata, cemara di atas bukit. Ko Ati langsung menghampiri Ko Aheng dan berkata, "Ayo, kamu yang jadi bukitnya, aku di atas jadi cemaranya." Mungkin melihat postur tubuh Ko Aheng yang lumayan memadai ya?? Ketika giliran Ko Ati membuat puisi tentang alam. Kami langsung menjadi riuh karena akan mengerjai Aheng. Tenang saja, kami tidak kejam kok, Ko Aheng kan bukan orang yang pendendam hehe. Saat itu banyak saran yang diajukan untuk kalimat-kalimat puisi. Biar ngerjainnya puas, Ko Welly tiba-tiba berkata, ”Itu buat aja satu kalimat, di hutan....ada gajah, babi, semut, dst.......” Langsung saja tawa kami semakin riuh. Jadi dalam satu kalimat tersebut, Aheng harus memperagakan berbagai macam hal. Kasihan... Tapi itu hanya joke saja. Ko Ati memulai puisinya. Hampir saja dia mengikui saran Ko Welly, tetapi jenis binatang yang disebutkannya tidak banyak. Bahkan, kalimat berikutnya lebih seram lagi! ”Ada babi di dalam hutan.... Babi tersebut berjalan.. Tetapi ajaibnya! Babi itu sedang memakan rumput!” Langsug tawa kami terpecah. Kejam sekali... Tetapi, ditekankan ya.. ini just joking!! Setelah itu kami memberi applause untuk mereka berdua. Dan mereka bersalaman sebagai salam perdamaian hehe.

Ada teman baru dalam acara tersebut. Namanya Vinda. Orangnya terlihat kalem. Yah, mungkin belum keluar aslinya saja. Bukannya semua orang di PMK pertama kali datang juga masih malu-malu. Mungkin ke depannya semakin kenal sehingga sifat-sifat yang asli ketahuan deh! Haha. Maksudnya ketahuan baiknya, cakepnya, lucunya, pinternya... Masing-masing dari kami memperkenalkan diri. Cukup dengan nama dan panggilan saja.

Kemudian, kami melanjutkan game. Ini tentang lagu "I Want to be Your Friend." Lagu ini sangat terkenal di MC. Dalam lagu ini kami harus berpasang-pasangan. Sambil menyanyi, lagu ini juga mempunyai gerakan! Dan setiap pergantian lagu, pasangan tersebut harus berpisah dan mencari pasangan yang lainnya! Dan setiap orang yang tidak mendapat pasangan pada saat Kak Yeyen bilang berhenti, maka orang tersebut akan mendapat hukuman. Sayang sekali, saat itu aku kurang beruntung. Kali itu, Ci Irva, Nono, dan Ci Delfy terkena hukuman. Setiap orang harus menunjuk salah seorang dari peserta yang lain untuk memberikan gerakan HokiPoki. Tahu kan, lagu itu berisikan tiga gerakan yang harus diperagakan secara bersama-sama, misalnya, yang standard adalah tangan kanan ke depan, tangan kiri ke depan, kedua tangan ke depan, dan goyang-goyang. Nah, kali ini gerakan itu ditentukan oleh tiga peserta yang ditunjuk dan yang menjadi pasangannya itu yang menjadi peraga. Ci Irva dengan Yere, Ci Delfy dengan Stevanie, dan Nono (diriku hehe) dengan Fitrie. Karena yang dipilih orangnya agak kalem.. agak lo. Jadi setelah dua putaran, pemberi gaya ditunjuk oleh Kak Yeyen. Irva dg Andri. Delfy dg Aheng. Nono dg Ko Ati. Memang gaya yang diberikan lebih kejam sih. Tetapi ketika Andri terlalu lama memberi arahan, maka muncullah peraturan baru! Kami, terhukum, boleh memberi arahan gaya jika pasangannya terlampau lama memberi aba-aba. Andri tidak kena karena percobaan pertama. Tapi lagi-lagi Aheng terkena hukuman sehingga dia yang harus menirukan gaya HokiPoki karangan Delfi.

Setelah games, kami diberi waktu untuk AWG, yaitu Alone with God. Terbagi dalam dua sesi. Pertama, selama 45 menit kami akan mengikuti petunjuk dalam kertas AWG sendirian. Lalu, dalam sesi kedua, kami akan membagikan dalam kelompok kecil. Cowok terbagi menjadi tiga kelompok, demikian juga dengan yang cewek.

Dalam sesi pertama, kami bebas memilih tempat untuk AWG. Aku sendiri memilih tempat yang menghadap ke bukit-bukit. Jadi, bisa melihat langit lebih jelas juga. Sedangkan yang lain, ada yang memilih duduk di bawah pohon atau di rerumputan. Dalam kertas tersebut terdapat tiga bagian. Pertama, kami harus menenangkan diri dulu. Entah itu dengan bernyanyi atau berdoa. Lalu, setelah kami benar-benar tenang, dapat berdoa agar dapat merefleksi diri dengan baik dan jujur terhadap diri sendiri. Saat itu, ada penjaga parkir yang sengaja ingin mengganggu ketenangan kami. Mereka mengendarai motor yang bersuara keras, melintasi kami yang sedang berdiam diri. Kami tidak ambil pusing soal mereka. Kami cukup cuek. Bahkan, aku berdoa agar setelah melihat kami tidak melawan dengan kekerasan, hati mereka terbuka dan menyesali sikap mereka. Aku yakin kok, beberapa orang dari kami pun mendoakan hal yang sama. Bagian kedua ada langkah penuntun refleksi. Dalam refleksi tersebut lebih banyak pertanyaan yang mengacu kepada diri sendiri. Betapa berharganya kita, kualitas hubungan dengan orang lain, Tuhan, bagaimana mengatur waktu, keuangan.

Bagian ketiga (sekaligus sesi kedua) adalah sharing kelompok. Dalam sharing tersebut, kami membagikan apa yang kami dapatkan dalam refleksi. Melalui cerita-cerita tersebut itu akupun merasa diingatkan kembali. Oya, dalam hal ini aku ternyata juga kurang. Setelah itu kami saling mendoakan dengan dipimpin oleh ketua kelompok. Yang disayangkan mungkin tidak adanya aksi lanjutan dari sharing-sharing tersebut. Jadi, biar satu sama lain bisa selalu saling mengingatkan.

Setelah acara sharing kelompok kecil tersebut, acara yang tak kalah menarik, acara yang selalu ditunggu-tunggu, acara yang tak pernah ketinggalan dari acara-acara di MC adalah... FOTO-FOTO!! Hahaha. Pemandangan di sana sangat indah. Pohon-pohon tinggi nan hijau. Jarang kan kita melihat gunung dan merasakan dinginnya udara yang masih segar dan bersih? Tempat ini mendukung kami untuk merefleksi diri dan saat sharing kelompok. Lebih lanjut lagi, pencahayaan di tempat inipun bagus. Cocok untuk berfoto-foto ria. Tidak hanya menggunakan kamera Ko Welly, tetapi juga menggunakan handphone masing-masing. Serasa artis ketika kamera-kamera menyorot orang yang sama. Sampai-sampai orang yang tak terekam dan berkata, “Kok ga ada yang foto aku ya?” langsung diserbu oleh para fotografer dadakan. Benar-benar saat yang lucu dan memancarkan ke-narsis-an.

Namun saat kami akan keluar dari tempat tersebut, kami jadi ingat dengan penduduk lokal penjaga parkir tadi. Jalan masuk yang kami lewati tadi sudah ditutup oleh pohon dan kayu-kayu yang rusak. Jalan keluar dari tempat tersebut hanya pada pintu tempat jaga parkir tersebut. Kami memang sudah berencana akan memberi mereka uang saat kami pulang. Tetapi, kami tidak mengira jalan tersebut akan benar-benar ditutup total. Kami menuju ke Cokro dengan hati yang ikhlas. Bukannya kami pelit, tidak mau membayar biaya parkir, tetapi kami tidak mau meninggalkan motor-motor kami kepada orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Tenang saja, kami juga melanjutkan perjalanan kami dengan hati yang mengampuni.

(bersambung... dengan kisah yang tak kalah serunya: WATER FACTOR di pemandian mata air Cokro Tulung).

Reported by
Nono - Ekonomi Akuntasi 2007

No comments: