Setelah kami bersenang-senang di Deles, kami pergi menuju Cokro. Jalan yang kami lalui merupakan jalan yang menurun. Aku (Nono) sedikit lega ketika Ko Akin, Ko Welly, dan Ko Ricky berkata bensin di motor kami (Ko Akin-Nono) pasti cukup sampai ke pom bensin berikutnya. Apalagi jalan yang kami lalui sekarang merupakan jalan yang menurun. Kali ini kami tidak mengendarai motor terlalu beriringan seperti tadi. Kami tinggal menyusuri jalan yang tadi kami lewati. Setelah kami melewati jalan yang menurun, kami melewati jalan-jalan mendatar pedesaan yang di kiri kanannya terdapat sawah yang hijau. Kami pun berjalan melewati tikungan-tikungan.
Tiba-tiba motor kami berhenti. Ko Akin memarkirnya di tempat yang agak teduh. Saat itu aku agak curiga karena cara berhentinya aneh. Seperti mati mesin tetapi juga seperti sengaja berhenti. Apalagi waktu itu Ko Akin langsung membeli bensin di rumah toko yang berada tepat di samping kami. Daerah kami berhenti lebih ramai daripada jalan-jalan sebelumnya. Ketika kami berhenti, motor-motor yang berada di belakang kami pun berhenti bertanya mengapa kami berhenti tiba-tiba. Kami berkata kami ingin membeli bensin. Saat itu motor yang berada di depan kami hanya motor Ko Welly-Fitriyani dan Ko Ricky-Lenny.
Motor Aldo pun kehabisan bensin jadi dia juga membeli bensin di tempat itu. Tak disangka-sangka ternyata ban motornya kempes. Ternyata tepat di seberang toko tersebut, ada tambal dan pompa ban. Setelah motor dibawa ke rumah tersebut, ban motor diharuskan untuk ditambal. Beberapa motor menyusul ke depan untuk memberi kabar kepada Ko Welly. Beberapa dari kami juga memberi kabar melalui sms. Tetapi anehnya, Ko Welly tidak menyusul kami. Sambil menunggu ban motor Aldo selesai ditambal, kami bercakap-cakap di depan rumah toko tersebut.
Tiba-tiba Ko Leo dan Fitri datang dengan berjalan kaki. Mereka berkata mereka sudah sampai di perhentian dan sudah tersedia makanan yang enak di sana. Waktu itu hari sudah siang dan kami lapar karena belum makan siang. Kami semua disuruh menyusul saja ke sana. Kami berpikir mereka sudah sampai di tempat yang kami tuju selanjutnya. Wah, ternyata dekat sekali ya. Lalu, karena penasaran, aku dan Stevanie mencoba pergi ke sana dengan berjalan. Motor kutitipkan kepada Ko Akin yang sedang menunggu motor bersama Aldo di seberang jalan.
Ternyata kami bertemu mereka semua memang tak jauh dari tempat kami menunggu. Karena jalan tersebut agak menikung, kami tidak dapat melihat mereka di bagian jalan yang lain. Mereka tidak berhenti di tempat yang tampak seperti tempat permainan kami selanjutnya. Ternyata mereka berhenti di warung tenda es bubur kacang hijau. Di sana mereka memuaskan dahaga dan lapar mereka. Yah… tidak seperti yang aku ataupun yang Stevanie bayangkan sebelumnya… Kami kira kita sudah sampai di tempat tujuan, ternyata masih sekitar 40 menit lagi. Di sana Ko welly menunjukkan mms dari Ko Ajung. Ko Ajung dan Sandy sedang menikmati nikmatnya Sprite di pom bensin di Jalan Solo. Mereka tahu sih kami sedang kelaparan, tetapi es bubur kacang hijau tentu tidak kalah nikmatnya dengan Sprite kan?? hahaha… Sebenarnya di dekat pertigaan tersebut terdapat bengkel. Akan tetapi, motor Aldo sudah diperbaiki di tempat yang tadi. Semoga dapat bertahan sampai di tujuan. Yang lain pun segera menyusul, pesananku dan Stevanie pun harus dibatalkan. Yah… sayang sekali.. haha..
Kami melanjutkan perjalanan ke Cokro. Kami berbelok meninggalkan jalan-jalan pedesaan dan menuju jalan Solo. Terus kami berjalan melewati Klaten. Plat motor-motor kebanyakan sudah bernomor AD. Ko Welly berhenti dekat stadion, tepatnya di depan orang-orang yang berjualan helm untuk mengecek kami. Ternyata motor Ko Aldo-Delfy dan Ko Ati-Vinda tertinggal di belakang. Ko Welly segera menyusul mereka. Dari info yang ada ban motor Ko Aldo tidak dapat bertahan: bocor lagi. Kami menunggu beberapa saat di tempat itu. Kami sangat bersyukur, tempat ini teduh sekali. Kami duduk-duduk di trotoar sambil mengobrol, diselingi dengan canda tawa. Beberapa dari kami yang tidak sempat makan bubur kacang hijau mulai kelaparan. Ko Akin mencari-cari toko yang menjual makanan. Dia berjalan terus menyusuri jalan ke Solo tetapi hasilnya nihil. Lalu, dia mencoba berjalan ke stadion. Akhirnya dia menemukan sebuah warung makan. Kami lalu mendatangi warung tersebut. Hanya tinggal tiga porsi sop yang tersisa. Pas sekali. Akhirnya aku, Ko Akin, dan Ko Aheng yang pesan sop tersebut. Aku mengajak Stevanie dan akhirnya dengan Fitrie kami makan goreng-gorengan di sana. Setelah kami mengganjal perut kami, hehe, kami kembali ke kumpulan.
Sewaktu makan Ko Akin menceritakan bahwa motor kami tadi mati mesin karena bensinnya habis. Waktu itu aku kaget sekali. Langsung saja aku mengingat-ingat kejadian yang telah menimpa kami. Ternyata Tuhan memelihara umat-Nya dengan luar biasa! Kami berhenti tepat di depan penjual bensin. Saat itu juga, ketika motor Ko Aldo membutuhkan asupan bensin dan jasa tambal ban. Semuanya tersedia tepat di hadapan kami. Walaupun motor tersebut rewel lagi, tetapi setidaknya dapat menghantarkan kami maju selangkah di depan. Tempat perhentian kami pun berada di samping penjual es bubur kacang hijau. Tuhan seperti tahu bahwa kami sudah lapar dan menyediakannya untuk kami. Tidak hanya untuk penghilang rasa lapar, es kacang hijau tersebut juga dapat mempertahankan keceriaan dan semangat kami sampai ke Cokro. Sekarang inipun kami berteduh di tempat yang enak, udara yang sejuk. Rasanya walau perjalanan ini tertunda, itu bukan halangan yang harus dipermasalahkan.
Tak berapa lama Ko Welly sudah kembali. Dia mengabari kalau motor Aldo sedang ganti ban dalam. Itu untuk mengatasi hal-hal yang tak diinginkan lagi. Ko Welly lalu asik memilih-milih helm untuk Nue, anaknya yang imut dan terkasih hahaha... Tetapi kelihatannya tidak jadi karena sepertinya Ko Welly tidak membawa benda sebesar helm sewaktu sampai le Cokro. Motor Ko Aldo mulai kelihatan dari jauh. Kami bersiap-siap untuk berangkat lagi. Kami terus menusuri Jalan menuju ke Solo. Kecepatan kami kadang tidak tanggung-tanggung. Tetapi setiap ada perempatan lampu merah kami berhenti agar tidak terpisah-pisah. Kami sempat berhenti di sebuah pom bensin. Di sana Ko Ajung-Adit dan Sandy sudah menunggu kedatangan kami. Mereka menyusul dari Babarsari karena sebelumnya ada ujian dan pekerjaan yang lain. Kami terus berjalan menyusuri Jalan Solo.
Sampai akhirnya kami berbelok di pertigaan sebelum Delangu. Di kanan-kiri jalan tersebut terdapat banyak rumah-rumah. Kadang-kadang terdapat hamparan sawah-sawah yang hijau. Kami berbelok-belok dan akhirnya sampai di tempat yang kami tuju. Pemandian Cokrotulung di Cokro. Motor-motor kami parkir di rumah kecil di depan pemandian tersebut. Lalu, kami masuk ke pemandian tersebut. Kami makan siang di sana. Di sana telah disediakan teh hangat dan nasi pecel yang diambil secara prasmanan. Ada so-on-nya juga loh. Pernah makan pecel telor dengan so-on? Wui..sedap juga. Apalagi waktu itu kami sedang lapar. Rasa nikmatnya jadi berlipat-lipat haha.. hiperbola sekali. Untuk mengatasi nafsu orang-orang yang kelaparan, maka cewek-cewek mengambil terlebih dahulu. Cowok-cowok harus menunggu giliran sehingga semuanya kebagian.
Maksud dari kata pemandian itu kolam renang. Kami akan bermain air di sini. Hoho senangnya. Setelah makan, kami ganti baju. Sayang sekali, aku, Stevanie, Firtiani, dan Vinda tidak membawa baju ganti. Aku dan Stevanie mengira kami akan bermain air, tetapi tidak sampai benar-benar masuk seluruhnya ke dalam air ;( Akhirnya kami berdua menjadi juri perlombaan saja. Sedangkan Fitriani tidak bisa berenang. Sayang sekali. Padahal yang ganti juga tidak semuanya bisa berenang. Selain kami dan Adit, semua berganti baju. Kebanyakan memakai celana selutut dan kaos sekadarnya. atau kebanyakan para cowok tidak memakai kaos atasan, jadi serasa memang benar-benar berenang. Ada juga yang tidak ikut game tapi ganti baju untuk menikmati suasana yang ada.
Permainan pun dimulai! Tidak semua orang ikut permainan. Di dalam kelompok 1 terdapat Ko Welly, Ko Ajung, Ko Ati, Yere, dan Kak Yeyen. Kelompok 2 beranggotakan Ko Leo, Fitrie, Kak Vera, Ci Delfy, dan Andry. Sedangkan Ko Ricky, Ci Elvie, Aldo, Sandy, Ko Akin, dan Ko Aheng masuk dalam kelompok 3. Ci Irva menjadi Sie Dokumentasi. Nono dan Stevanie menjadi juri, yaitu pemegang stopwatch dan pencatat skor. Yang tidak ikut permainan hanya menonton, memberi semangat, yah…pokoknya menikmati suasanalah.. Apalagi di sana banyak angin semilir. Karena kami sampai di sana menjelang sore, maka sinar matahari tidak panas menyengat. Namun, karena pemandian tersebut tidak terlalu sepi, kami bermain di tempat yang agak dalam yang jarang dilewati perenang-perenang.
Sementara pemanasan, banyak dari kami mencoba terjun dari papan lompat di sisi kolam renang. Ada yang dengan gaya paku, ada yang terjun bebas. Malah sewaktu Sandy akan terjun, kamera siap sedia untuk mengabadikannya…. Dan….! Ketika Sand terjun dengan gaya yang biasa-biasa saja, penonton menjadi kecewa. Ko Welly yang memegang kamerapun tidak jadi memfotonya (Welly: Jadi atuh.. tapi Sandynya keburu nyebur sehingga yang keliatan cuman papannya). “Yah, gayanya kok biasa-biasa saja…” katanya setengah kecewa. “Kamera ini khusus memotret gambar-gambar yang berkesan,“ sambil berlalu pergi dari papan lompat hahaha... Tentu saja kekecewaan itu terasa lucu untuk diingat. Aneh-aneh saja pembina kita ini hahaha…
Lomba pun segera dimulai. Permainan pertama adalah… menggunakan ban renang yang besar sekali! Satu orang dari grup lawan duduk di atas ban tersebut. Lalu, dua orang dari kelompok yang sama harus menarik ban itu dengan menggunakan tali sampai ke ujung kolam yang lain. Peraturan utamanya, ban tidak boleh ditarik menggunakan tangan. Orang yang berada di atas ban harus mencegah lajunya ban sampai ke tepi kolam renang. Waktu dihitung pada hitungan ketiga dan dihentikan ketika ban menyentuh sisi kolam yang lain.
Kelompok 1 dengan Ko Welly dan Ko Ajung yang akan menarik ban, sedangkan Ko Leo berada di atas ban tersebut. Pada hitungan ketiga, mereka mulai berenang menarik ban ke sisi kolam yang lain. Ko Leo dengan sedikit kebingungan berusaha mencegah laju ban tersebut. Tetapi, rupanya mereka berdua tidak dapat dikalahkan begitu saja. Mereka sampai pada detik ke 21! Tiba-tiba suatu insiden terjadi. Dari jauh kulihat ada sesuatu yang janggal pada muka Ko Ajung. Senyumnya?!? Bukan! Tapi giginya!! Gigi Ko Ajung hilang separuh! Padahal dari tadi sepertinya masih tidak ada yang aneh pada wajahnya. Ternyata sewaktu ban akan didekatkan ke pinggir kolam, siku Ko Leo menghantam gigi Ko Ajung secara tidak sengaja. Gigi depan Ko Ajung patah setengah. Dan pada siku Ko Leo terdapat luka, bekas gigi Ko Ajung. Hantaman itu pasti keras sekali sampai dapat mematahkan gigi orang dewasa. Ada kemungkinan juga gigi tersebut sudah retak sebelumnya karena potongannya sangat rata. Luka di tangan Ko Leo pun sepertinya akan sakit kalau dipegang. Sungguh luar biasa. Ada yang menyarankan menggunakan gigi palsu, ada juga yang menyarankan untuk disambung kembali. Mana yang paling baik ya? Walaupun begitu mereka berdua tetap bangga dengan hasil yang telah mereka dapatkan.
Kelompok 2 bersiap di dalam kolam. Ko Leo agak protes ketika kelompoknya hanya terdapat dua orang laki-laki dan lainnya perempuan. Tetapi tidak masalah, ada Fitrie yang selalu bersemangat meraih kemenangan! Ko Leo dan Fitrie turun ke kolam dan tebak… siapa yang berada di atas ban?? Aheng! Yap! Dengan begini pasti mereka akan kesulitan membawa ban tersebut ke seberang kolam. Pada hitungan ke tiga mereka siap berjalan! Namun kali ini tidak semulus kelompok sebelumnya. Ko Leo berenang agak menyamping. Ketika ban sampai di tepi kolam, waktu mereka tidak mengalahkan rekor dari kelompok sebelumnya. Ternyata kaki Ko Leo sempat mengalamai kram di tengah-tengah kolam.
Kelompok 3 mulai terjun ke air. Kali ini Ricky dan Aldo akan membawa Ko Ati menyeberang menggunakan ban. Kami menunggu cukup lama untuk persiapan dari kelompok tiga. Sampai-sampai karena air yang dingin Ko Ati tidak mau menunggu lama-lama di air. Padahal dia sudah nyemplung ke atas ban.. eh.. malah naik lagi. Perlombaan pun dimulai. Gerakan mereka lumayan cepat tetapi tidak melebihi waktu yang dicetak oleh kelompok 1. Akhirnya kelompok 3 berada di urutan kedua sementara ini. Sedangkan kelompok 2 berada di urutan terakhir.
Untuk permainan kedua, yaitu mencari koin di dasar kolam kami pindah ke kolam kecil dengan kedalaman satu meter untuk memudahkan pencarian koin. Fitriyani dan Vinda memutuskan untuk menunggu sambil menjaga tas di tempat semula. Kami semua berpindah ke kolam kecil. Pertama kami mencoba untuk menjatuhkan kelima koin di pojok kolam yang terkena cahaya, sedangkan start dimulai di pojok yang berseberangan yang terlindung bayangan atap. Kelompok dengan poin terendah, yaitu kelompok 3, berhak menjadi yang pertama menerima tantangan ini. Peraturannya, setiap orang akan bergantian mengambil koin yang berada di dasar kolam. Satu orang hanya boleh mengambil satu koin. Orang selanjutnya tidak boleh bergerak dari pojok kolam sampai pengambil koin datang. Jadi, sistem estafet gitu deh.. Waktu dihitung sejak koin dijatuhkan sampai koin terakhir diberikan kepada pembantu juri (siapapunlah hehe..) yang berada di pojok kolam.
Koinpun dijatuhkan. Ko Leo pertama maju untuk mencari. Dengan cepat dia menemukan koin lalu kembali ke pojok kolam semula. Bergantian dari Fitrie, Ci Vera, Ci Delfy berhasil menemukan koin. Baik dengan menyelam, meraba dengan kakinya, ataupun dengan melihat dari atas air. Namun, pada koin terakhir, ketika Andry maju untuk mencari, terjadilah pencarian yang membutuhkan waktu sangat lama. Tiga menit sudah berlalu tetapi koin belum ditemukan juga. Andry diberi bantuan berupa kaca mata renang. Koin tetap tidak ditemukan. Warnanya koin ratusan tersebut hampir sama dengan warna ubin batu-batu tersebut. Lalu, karena penasaran, Ko Welly dan Ko Ajung ikut membantu. Tetap saja koin itu tidak ditemukan. Ko Leo akhirnya ikut mencari. Stopwatch padahal terus berjalan. Sampai akhirnya seluruh anggota kelompok tersebut mencari di pojokan kolam. Melihat dari permukaan air, menyusuri dasar kolam dengan kaki, menyelam. Lucu juga melihat segitu banyak orang mencari satu koin ratusan. Sesudah menyerah mencari koin, kami mendiskusikan bagaimana jalan keluar terbaik.
Ketika kami berdiskusi, seseorang menemukan koin tersebut. Lalu, untuk mempermudah pencarian, kami menambah koin ratusan menjadi 8 koin agar lebih mudah menemukannya. Kami menjatuhkan delapan buah koin. Tiap kelompok tinggal mengambil lima dari delapan koin tersebut. Dan, mengubah posisi. Koin dijatuhkan di pojok kolam yang tertutup bayang-bayang. Sudut ini lebih dekat dengan kami dan jauh dengan orang luar. Jadi, air di bagian sini tidak bergelombang terlalu banyak sehingga koinnya tidak tersebar terlalu jauh. Setelah mengerti peraturan yang baru, kelompok 3 bersiap di posisinya. Sayang sekali mereka bergerak terlalu cepat sehingga air bergoncang dan koin tersebar. Mereka meraba-raba dengan kaki mereka. Bahkan, Ci Delfy dan Ci Vera mengambil koin tersebut dengan kaki mereka hahaha... Namun demikian, mereka menyelesaikannya dengan cukup cepat.
Lalu, berlanjut dengan kelompok 3. Saat kelompok 3 beraksi, ada anak kecil yang sepertinya sangat tertarik dengan permainan kami. Dia mendekati pojok kolam yang dijatuhi koin-koin. Dari gerak-geriknya dia ingin mengambil koin tersebut. Kami bingung bagaimana harus menyuruhnya menjauh dari kami. Kami menyuruhnya minggir dari situ. Tidak mungkin kan… masa kami langsung mengangkatnya menjauh dari kolam. Kalau menangis bagaimana.. Ko Leo juga kelihatannya emosi campur kebingungan hahahaha… Anak kecil itu juga membantu kelompok 3 dengan memberi tahu letak-letak koin tersebut. Sandy ditunjukkan di mana koin-koin tersebut tersebar. Entah kenapa dia tidak bisa melihatnya. Jadi, kelompok 3 agak lama karena gangguan anak kecil itu sepertinya hehe. Akhirnya, waktu yang diperoleh kelompok 3 lebih lama dari kelompok 2.
Kelompok 1 masuk ke dalam kolam. Mereka rupanya sudah menyusun strategi. Setiap orang dari kelompok 1 tidak boleh berenang ketika sudah dekat ke pojok tempat koin dijatuhkan. Itu dilakukan agar air tidak bergelombang dan koin berada di tempatnya semula. Dengan teknik tersebut mereka meraih kemenangan juga di permainan yang kedua, mengatasi kelompok-kelompok yang lain.
Matahari sudah hampir turun. Permainan ketiga akan segera dimulai. Ada perwakilan dari tiap-tiap kelompok. Seorang laki-laki dan seorang perempuan. Satu per satu akan menyusuri dinding ubin yang membatasi kolam kecil dan kolam besar pulang-pergi dengan mata tertutup. Berjalan dari ujung kolam, mereka harus melangkahi lubang di yang tepat berada di tengah-tengah dinding ubin tersebut. Lalu, sebelum jatuh di ujung jalan, mereka harus berbalik dan kembali dengan waktu yang sesingkat mungkin. Jika jatuh, maka mereka dianggap gagal. Yang tercepatlah yang akan memenangkan permainan ini.
Kelompok 3 maju terlebih dahulu karena kalah di permainan terakhir. Ko Ricky menyusuri ubin dengan berhati-hati. Dia tidak begitu lama saat melangkahi lubang. Namun, dia terlalu terburu-buru sehingga melupakan ujung dinding. Akhirnya dia jatuh ke dalam air!! Wah, padahal Ko Ricky berjalan lumayan lancar. Lalu, sebagai anggota perempuan satu-satunya, Ci Elvie maju mewakili kelompoknya. Dia berjalan amat pelan dan berhati-hati. Dia tidak berjalan dengan lurus sehinga beberapa kali harus diarahkan untuk geser ke kanan atau ke kiri. Wah, permainan ini sangat menegangkan!! Yang nonton aja geregetan, apalagi yang main langsung ya??! Namun, setelah melewati lubang dengan penuh kehati-hatian, Ci Elvie berjalan miring dan jatuh ke air juga!
Kelompok 3 diwakili oleh Fitrie dan Ko Leo. Fitrie berjalan dengan mantap. Dia menggunakan berbagai gaya untuk sampai ke ujung dinding tersebut. Dia berjalan menyusuri pinggir ubin. Berjalan miring ke samping. Lalu, ketika sampai di lubang, dia melangkahi dengan mantap tetapi juga berhati-hati. Terlihat sangat cekatan. Saat dia sudah sampai di pinggir, dia berbalik. Lalu, menyusuri dinding tersebut dengan melangkah mengenai pinggir ubin. Waktu yang dicetaknya juga termasuk sangat cepat. Sekarang giliran Ko Leo yang melintasi dinding ubin tersebut. Dia pun tidak berjalan secekatan Fitrie. Masih ada keragu-raguan tetapi dia berjalan dengan hati-hati agar tidak jatuh ke kolam. Waktu yang dicetaknya juga lumayan cepat.
Kelompok 1 mencoba keahliannya. Dapatkah mereka mempertahankan kemenangan mereka? Kali ini Ko Ati yang mewakili kelompok 1. Dia terlihat sangat yakin ketika menyusuri dinding ubin tersebut. Ko Ati berjalan dengan santai, tidak tegang seperti yang lainnya. Memang dia berjalan dengan sangat mulus. Langkahnya besar-besar sambil mengira-ira langkah yang akan dilampaui. Jalannya tidak terburu-buru sampai-sampai ko Welly mengingatkannya untuk berjalan lebih cepat karena waktu juga diperhitungkan. Ketika sampai di penghujung jalan, waktu yang ditempuhnya hanya sedikit lebih cepat daripada Ko Leo. Luar biasa. Lalu, perwakilan wanita dari kelompok 1 adalah Kak Yeyen. Dengan takut-takut dia menapaki dinding ubin tersebut. Tapi salut kepada pengarahan dan semangat yang diberikan oleh kelompoknya. Mereka tidak menyerah memberi dukungan kepada Kak Yeyen. Mereka memberi arahan selangkah demi selangkah sampai Kak Yeyen dapat kembali ke garis finish walaupun waktu yang dibutuhkan agak lama.
Penghitungan skor pun dimulai. Untuk setiap kemenangan diberi skor 9. Posisi kedua dinilai dengan skor lima dan pada posisi ketiga bernilai tiga untuk masing-masing permainan. Dan…. yang menjadi juara adalah kelompok 1, disusul oleh kelompok 2, dan kelompok 3 pada posisi yang terakhir. Sebagai reward, kelompok 1&2 mendapat pisang goreng yang enak dan masih hangat. Sedangkan untuk kelompok 3 ada hadiah special. Setiap orang dari kelompok tiga akan diceburkan dengan mata tertutup oleh pemenang. Sayang sekali, beberapa dari mereka sudah mandi dan berganti pakaian karena hawa dingin yang semakin terasa. Apalagi di tempat tersebut minim penerangan. Sambil menunggu semua orang selesai membersihkan diri, beberapa orang bercakap-cakap membahas berbagai permainan yang tadi. Bahkan Ko Ajung sampai menceritakan bagaimana dia kehilangan gigi depannya. Bekas luka Ko Leo pun masih terlihat merah. Semua orang juga sudah mengambil tas masing-masing. Fitryani dan Vinda pun sudah berada bersama dengan kami.
Setelah semuanya selesai mebersihkan diri. Kami berkumpul dan bersiap-siap pulang. Setelah kami berdoa bersama, Ko Welly sedikit memberi pengarahan. Kami harus berdekatan terus sampai di jalan Solo-Yogya. Sandy akan pulang ke Solo dan Ko Ati mungkin akan memacu kendaraannya karena dia ada acara setelah pulang ke Yogyakarta. Kami mengambil motor di rumah parkir tadi. Ternyata pengelola pemandian itupun menunggu kami pulang untuk menutup pemandian/kolam renangnya.
Kami akhirnya pulang ke Yogyakarta. Dalam perjalanan kami diberi keceriaan oleh taburan-taburan bintang di langit yang hitam. Di atas sawah-sawah. Langit terlihat sangat luas. Kalau saja aku hafal nama rasi bintang mungkin aku dapat menemui beberapa di langit tersebut. Sewaktu aku ingin memotretnya mengunakan hp, ternyata sinar bintang itu terlalu lemah sehingga hanya langit gelap yang terabadikan. Memang mata kita ciptaan terluar biasa. Dengan mata, kita bisa menikmati bagaimana indahnya benda-benda alam yang sudah Dia jadikan.
Begitu juga hari ini. walau banyak halangan dan masalah yang terjadi di dalam perjalanan kami, namun keceriaan dan kebersamaan yang terjadi tidak akan terlupakan. Kesatuan dan dukungan itulah yang benar-benar terasakan oleh Nono ketika permasalahan itu muncul. Sehingga kami tidak menjadi lemah atau jatuh, tapi kami terus terdorong maju dan berharap untuk berbagai keceriaan yang akan ada.
Thx u LORD.
The end.
Reported by
Nono - Ekonomi Akuntansi 2007
Tiba-tiba motor kami berhenti. Ko Akin memarkirnya di tempat yang agak teduh. Saat itu aku agak curiga karena cara berhentinya aneh. Seperti mati mesin tetapi juga seperti sengaja berhenti. Apalagi waktu itu Ko Akin langsung membeli bensin di rumah toko yang berada tepat di samping kami. Daerah kami berhenti lebih ramai daripada jalan-jalan sebelumnya. Ketika kami berhenti, motor-motor yang berada di belakang kami pun berhenti bertanya mengapa kami berhenti tiba-tiba. Kami berkata kami ingin membeli bensin. Saat itu motor yang berada di depan kami hanya motor Ko Welly-Fitriyani dan Ko Ricky-Lenny.
Motor Aldo pun kehabisan bensin jadi dia juga membeli bensin di tempat itu. Tak disangka-sangka ternyata ban motornya kempes. Ternyata tepat di seberang toko tersebut, ada tambal dan pompa ban. Setelah motor dibawa ke rumah tersebut, ban motor diharuskan untuk ditambal. Beberapa motor menyusul ke depan untuk memberi kabar kepada Ko Welly. Beberapa dari kami juga memberi kabar melalui sms. Tetapi anehnya, Ko Welly tidak menyusul kami. Sambil menunggu ban motor Aldo selesai ditambal, kami bercakap-cakap di depan rumah toko tersebut.
Tiba-tiba Ko Leo dan Fitri datang dengan berjalan kaki. Mereka berkata mereka sudah sampai di perhentian dan sudah tersedia makanan yang enak di sana. Waktu itu hari sudah siang dan kami lapar karena belum makan siang. Kami semua disuruh menyusul saja ke sana. Kami berpikir mereka sudah sampai di tempat yang kami tuju selanjutnya. Wah, ternyata dekat sekali ya. Lalu, karena penasaran, aku dan Stevanie mencoba pergi ke sana dengan berjalan. Motor kutitipkan kepada Ko Akin yang sedang menunggu motor bersama Aldo di seberang jalan.
Ternyata kami bertemu mereka semua memang tak jauh dari tempat kami menunggu. Karena jalan tersebut agak menikung, kami tidak dapat melihat mereka di bagian jalan yang lain. Mereka tidak berhenti di tempat yang tampak seperti tempat permainan kami selanjutnya. Ternyata mereka berhenti di warung tenda es bubur kacang hijau. Di sana mereka memuaskan dahaga dan lapar mereka. Yah… tidak seperti yang aku ataupun yang Stevanie bayangkan sebelumnya… Kami kira kita sudah sampai di tempat tujuan, ternyata masih sekitar 40 menit lagi. Di sana Ko welly menunjukkan mms dari Ko Ajung. Ko Ajung dan Sandy sedang menikmati nikmatnya Sprite di pom bensin di Jalan Solo. Mereka tahu sih kami sedang kelaparan, tetapi es bubur kacang hijau tentu tidak kalah nikmatnya dengan Sprite kan?? hahaha… Sebenarnya di dekat pertigaan tersebut terdapat bengkel. Akan tetapi, motor Aldo sudah diperbaiki di tempat yang tadi. Semoga dapat bertahan sampai di tujuan. Yang lain pun segera menyusul, pesananku dan Stevanie pun harus dibatalkan. Yah… sayang sekali.. haha..
Kami melanjutkan perjalanan ke Cokro. Kami berbelok meninggalkan jalan-jalan pedesaan dan menuju jalan Solo. Terus kami berjalan melewati Klaten. Plat motor-motor kebanyakan sudah bernomor AD. Ko Welly berhenti dekat stadion, tepatnya di depan orang-orang yang berjualan helm untuk mengecek kami. Ternyata motor Ko Aldo-Delfy dan Ko Ati-Vinda tertinggal di belakang. Ko Welly segera menyusul mereka. Dari info yang ada ban motor Ko Aldo tidak dapat bertahan: bocor lagi. Kami menunggu beberapa saat di tempat itu. Kami sangat bersyukur, tempat ini teduh sekali. Kami duduk-duduk di trotoar sambil mengobrol, diselingi dengan canda tawa. Beberapa dari kami yang tidak sempat makan bubur kacang hijau mulai kelaparan. Ko Akin mencari-cari toko yang menjual makanan. Dia berjalan terus menyusuri jalan ke Solo tetapi hasilnya nihil. Lalu, dia mencoba berjalan ke stadion. Akhirnya dia menemukan sebuah warung makan. Kami lalu mendatangi warung tersebut. Hanya tinggal tiga porsi sop yang tersisa. Pas sekali. Akhirnya aku, Ko Akin, dan Ko Aheng yang pesan sop tersebut. Aku mengajak Stevanie dan akhirnya dengan Fitrie kami makan goreng-gorengan di sana. Setelah kami mengganjal perut kami, hehe, kami kembali ke kumpulan.
Sewaktu makan Ko Akin menceritakan bahwa motor kami tadi mati mesin karena bensinnya habis. Waktu itu aku kaget sekali. Langsung saja aku mengingat-ingat kejadian yang telah menimpa kami. Ternyata Tuhan memelihara umat-Nya dengan luar biasa! Kami berhenti tepat di depan penjual bensin. Saat itu juga, ketika motor Ko Aldo membutuhkan asupan bensin dan jasa tambal ban. Semuanya tersedia tepat di hadapan kami. Walaupun motor tersebut rewel lagi, tetapi setidaknya dapat menghantarkan kami maju selangkah di depan. Tempat perhentian kami pun berada di samping penjual es bubur kacang hijau. Tuhan seperti tahu bahwa kami sudah lapar dan menyediakannya untuk kami. Tidak hanya untuk penghilang rasa lapar, es kacang hijau tersebut juga dapat mempertahankan keceriaan dan semangat kami sampai ke Cokro. Sekarang inipun kami berteduh di tempat yang enak, udara yang sejuk. Rasanya walau perjalanan ini tertunda, itu bukan halangan yang harus dipermasalahkan.
Tak berapa lama Ko Welly sudah kembali. Dia mengabari kalau motor Aldo sedang ganti ban dalam. Itu untuk mengatasi hal-hal yang tak diinginkan lagi. Ko Welly lalu asik memilih-milih helm untuk Nue, anaknya yang imut dan terkasih hahaha... Tetapi kelihatannya tidak jadi karena sepertinya Ko Welly tidak membawa benda sebesar helm sewaktu sampai le Cokro. Motor Ko Aldo mulai kelihatan dari jauh. Kami bersiap-siap untuk berangkat lagi. Kami terus menusuri Jalan menuju ke Solo. Kecepatan kami kadang tidak tanggung-tanggung. Tetapi setiap ada perempatan lampu merah kami berhenti agar tidak terpisah-pisah. Kami sempat berhenti di sebuah pom bensin. Di sana Ko Ajung-Adit dan Sandy sudah menunggu kedatangan kami. Mereka menyusul dari Babarsari karena sebelumnya ada ujian dan pekerjaan yang lain. Kami terus berjalan menyusuri Jalan Solo.
Sampai akhirnya kami berbelok di pertigaan sebelum Delangu. Di kanan-kiri jalan tersebut terdapat banyak rumah-rumah. Kadang-kadang terdapat hamparan sawah-sawah yang hijau. Kami berbelok-belok dan akhirnya sampai di tempat yang kami tuju. Pemandian Cokrotulung di Cokro. Motor-motor kami parkir di rumah kecil di depan pemandian tersebut. Lalu, kami masuk ke pemandian tersebut. Kami makan siang di sana. Di sana telah disediakan teh hangat dan nasi pecel yang diambil secara prasmanan. Ada so-on-nya juga loh. Pernah makan pecel telor dengan so-on? Wui..sedap juga. Apalagi waktu itu kami sedang lapar. Rasa nikmatnya jadi berlipat-lipat haha.. hiperbola sekali. Untuk mengatasi nafsu orang-orang yang kelaparan, maka cewek-cewek mengambil terlebih dahulu. Cowok-cowok harus menunggu giliran sehingga semuanya kebagian.
Maksud dari kata pemandian itu kolam renang. Kami akan bermain air di sini. Hoho senangnya. Setelah makan, kami ganti baju. Sayang sekali, aku, Stevanie, Firtiani, dan Vinda tidak membawa baju ganti. Aku dan Stevanie mengira kami akan bermain air, tetapi tidak sampai benar-benar masuk seluruhnya ke dalam air ;( Akhirnya kami berdua menjadi juri perlombaan saja. Sedangkan Fitriani tidak bisa berenang. Sayang sekali. Padahal yang ganti juga tidak semuanya bisa berenang. Selain kami dan Adit, semua berganti baju. Kebanyakan memakai celana selutut dan kaos sekadarnya. atau kebanyakan para cowok tidak memakai kaos atasan, jadi serasa memang benar-benar berenang. Ada juga yang tidak ikut game tapi ganti baju untuk menikmati suasana yang ada.
Permainan pun dimulai! Tidak semua orang ikut permainan. Di dalam kelompok 1 terdapat Ko Welly, Ko Ajung, Ko Ati, Yere, dan Kak Yeyen. Kelompok 2 beranggotakan Ko Leo, Fitrie, Kak Vera, Ci Delfy, dan Andry. Sedangkan Ko Ricky, Ci Elvie, Aldo, Sandy, Ko Akin, dan Ko Aheng masuk dalam kelompok 3. Ci Irva menjadi Sie Dokumentasi. Nono dan Stevanie menjadi juri, yaitu pemegang stopwatch dan pencatat skor. Yang tidak ikut permainan hanya menonton, memberi semangat, yah…pokoknya menikmati suasanalah.. Apalagi di sana banyak angin semilir. Karena kami sampai di sana menjelang sore, maka sinar matahari tidak panas menyengat. Namun, karena pemandian tersebut tidak terlalu sepi, kami bermain di tempat yang agak dalam yang jarang dilewati perenang-perenang.
Sementara pemanasan, banyak dari kami mencoba terjun dari papan lompat di sisi kolam renang. Ada yang dengan gaya paku, ada yang terjun bebas. Malah sewaktu Sandy akan terjun, kamera siap sedia untuk mengabadikannya…. Dan….! Ketika Sand terjun dengan gaya yang biasa-biasa saja, penonton menjadi kecewa. Ko Welly yang memegang kamerapun tidak jadi memfotonya (Welly: Jadi atuh.. tapi Sandynya keburu nyebur sehingga yang keliatan cuman papannya). “Yah, gayanya kok biasa-biasa saja…” katanya setengah kecewa. “Kamera ini khusus memotret gambar-gambar yang berkesan,“ sambil berlalu pergi dari papan lompat hahaha... Tentu saja kekecewaan itu terasa lucu untuk diingat. Aneh-aneh saja pembina kita ini hahaha…
Lomba pun segera dimulai. Permainan pertama adalah… menggunakan ban renang yang besar sekali! Satu orang dari grup lawan duduk di atas ban tersebut. Lalu, dua orang dari kelompok yang sama harus menarik ban itu dengan menggunakan tali sampai ke ujung kolam yang lain. Peraturan utamanya, ban tidak boleh ditarik menggunakan tangan. Orang yang berada di atas ban harus mencegah lajunya ban sampai ke tepi kolam renang. Waktu dihitung pada hitungan ketiga dan dihentikan ketika ban menyentuh sisi kolam yang lain.
Kelompok 1 dengan Ko Welly dan Ko Ajung yang akan menarik ban, sedangkan Ko Leo berada di atas ban tersebut. Pada hitungan ketiga, mereka mulai berenang menarik ban ke sisi kolam yang lain. Ko Leo dengan sedikit kebingungan berusaha mencegah laju ban tersebut. Tetapi, rupanya mereka berdua tidak dapat dikalahkan begitu saja. Mereka sampai pada detik ke 21! Tiba-tiba suatu insiden terjadi. Dari jauh kulihat ada sesuatu yang janggal pada muka Ko Ajung. Senyumnya?!? Bukan! Tapi giginya!! Gigi Ko Ajung hilang separuh! Padahal dari tadi sepertinya masih tidak ada yang aneh pada wajahnya. Ternyata sewaktu ban akan didekatkan ke pinggir kolam, siku Ko Leo menghantam gigi Ko Ajung secara tidak sengaja. Gigi depan Ko Ajung patah setengah. Dan pada siku Ko Leo terdapat luka, bekas gigi Ko Ajung. Hantaman itu pasti keras sekali sampai dapat mematahkan gigi orang dewasa. Ada kemungkinan juga gigi tersebut sudah retak sebelumnya karena potongannya sangat rata. Luka di tangan Ko Leo pun sepertinya akan sakit kalau dipegang. Sungguh luar biasa. Ada yang menyarankan menggunakan gigi palsu, ada juga yang menyarankan untuk disambung kembali. Mana yang paling baik ya? Walaupun begitu mereka berdua tetap bangga dengan hasil yang telah mereka dapatkan.
Kelompok 2 bersiap di dalam kolam. Ko Leo agak protes ketika kelompoknya hanya terdapat dua orang laki-laki dan lainnya perempuan. Tetapi tidak masalah, ada Fitrie yang selalu bersemangat meraih kemenangan! Ko Leo dan Fitrie turun ke kolam dan tebak… siapa yang berada di atas ban?? Aheng! Yap! Dengan begini pasti mereka akan kesulitan membawa ban tersebut ke seberang kolam. Pada hitungan ke tiga mereka siap berjalan! Namun kali ini tidak semulus kelompok sebelumnya. Ko Leo berenang agak menyamping. Ketika ban sampai di tepi kolam, waktu mereka tidak mengalahkan rekor dari kelompok sebelumnya. Ternyata kaki Ko Leo sempat mengalamai kram di tengah-tengah kolam.
Kelompok 3 mulai terjun ke air. Kali ini Ricky dan Aldo akan membawa Ko Ati menyeberang menggunakan ban. Kami menunggu cukup lama untuk persiapan dari kelompok tiga. Sampai-sampai karena air yang dingin Ko Ati tidak mau menunggu lama-lama di air. Padahal dia sudah nyemplung ke atas ban.. eh.. malah naik lagi. Perlombaan pun dimulai. Gerakan mereka lumayan cepat tetapi tidak melebihi waktu yang dicetak oleh kelompok 1. Akhirnya kelompok 3 berada di urutan kedua sementara ini. Sedangkan kelompok 2 berada di urutan terakhir.
Untuk permainan kedua, yaitu mencari koin di dasar kolam kami pindah ke kolam kecil dengan kedalaman satu meter untuk memudahkan pencarian koin. Fitriyani dan Vinda memutuskan untuk menunggu sambil menjaga tas di tempat semula. Kami semua berpindah ke kolam kecil. Pertama kami mencoba untuk menjatuhkan kelima koin di pojok kolam yang terkena cahaya, sedangkan start dimulai di pojok yang berseberangan yang terlindung bayangan atap. Kelompok dengan poin terendah, yaitu kelompok 3, berhak menjadi yang pertama menerima tantangan ini. Peraturannya, setiap orang akan bergantian mengambil koin yang berada di dasar kolam. Satu orang hanya boleh mengambil satu koin. Orang selanjutnya tidak boleh bergerak dari pojok kolam sampai pengambil koin datang. Jadi, sistem estafet gitu deh.. Waktu dihitung sejak koin dijatuhkan sampai koin terakhir diberikan kepada pembantu juri (siapapunlah hehe..) yang berada di pojok kolam.
Koinpun dijatuhkan. Ko Leo pertama maju untuk mencari. Dengan cepat dia menemukan koin lalu kembali ke pojok kolam semula. Bergantian dari Fitrie, Ci Vera, Ci Delfy berhasil menemukan koin. Baik dengan menyelam, meraba dengan kakinya, ataupun dengan melihat dari atas air. Namun, pada koin terakhir, ketika Andry maju untuk mencari, terjadilah pencarian yang membutuhkan waktu sangat lama. Tiga menit sudah berlalu tetapi koin belum ditemukan juga. Andry diberi bantuan berupa kaca mata renang. Koin tetap tidak ditemukan. Warnanya koin ratusan tersebut hampir sama dengan warna ubin batu-batu tersebut. Lalu, karena penasaran, Ko Welly dan Ko Ajung ikut membantu. Tetap saja koin itu tidak ditemukan. Ko Leo akhirnya ikut mencari. Stopwatch padahal terus berjalan. Sampai akhirnya seluruh anggota kelompok tersebut mencari di pojokan kolam. Melihat dari permukaan air, menyusuri dasar kolam dengan kaki, menyelam. Lucu juga melihat segitu banyak orang mencari satu koin ratusan. Sesudah menyerah mencari koin, kami mendiskusikan bagaimana jalan keluar terbaik.
Ketika kami berdiskusi, seseorang menemukan koin tersebut. Lalu, untuk mempermudah pencarian, kami menambah koin ratusan menjadi 8 koin agar lebih mudah menemukannya. Kami menjatuhkan delapan buah koin. Tiap kelompok tinggal mengambil lima dari delapan koin tersebut. Dan, mengubah posisi. Koin dijatuhkan di pojok kolam yang tertutup bayang-bayang. Sudut ini lebih dekat dengan kami dan jauh dengan orang luar. Jadi, air di bagian sini tidak bergelombang terlalu banyak sehingga koinnya tidak tersebar terlalu jauh. Setelah mengerti peraturan yang baru, kelompok 3 bersiap di posisinya. Sayang sekali mereka bergerak terlalu cepat sehingga air bergoncang dan koin tersebar. Mereka meraba-raba dengan kaki mereka. Bahkan, Ci Delfy dan Ci Vera mengambil koin tersebut dengan kaki mereka hahaha... Namun demikian, mereka menyelesaikannya dengan cukup cepat.
Lalu, berlanjut dengan kelompok 3. Saat kelompok 3 beraksi, ada anak kecil yang sepertinya sangat tertarik dengan permainan kami. Dia mendekati pojok kolam yang dijatuhi koin-koin. Dari gerak-geriknya dia ingin mengambil koin tersebut. Kami bingung bagaimana harus menyuruhnya menjauh dari kami. Kami menyuruhnya minggir dari situ. Tidak mungkin kan… masa kami langsung mengangkatnya menjauh dari kolam. Kalau menangis bagaimana.. Ko Leo juga kelihatannya emosi campur kebingungan hahahaha… Anak kecil itu juga membantu kelompok 3 dengan memberi tahu letak-letak koin tersebut. Sandy ditunjukkan di mana koin-koin tersebut tersebar. Entah kenapa dia tidak bisa melihatnya. Jadi, kelompok 3 agak lama karena gangguan anak kecil itu sepertinya hehe. Akhirnya, waktu yang diperoleh kelompok 3 lebih lama dari kelompok 2.
Kelompok 1 masuk ke dalam kolam. Mereka rupanya sudah menyusun strategi. Setiap orang dari kelompok 1 tidak boleh berenang ketika sudah dekat ke pojok tempat koin dijatuhkan. Itu dilakukan agar air tidak bergelombang dan koin berada di tempatnya semula. Dengan teknik tersebut mereka meraih kemenangan juga di permainan yang kedua, mengatasi kelompok-kelompok yang lain.
Matahari sudah hampir turun. Permainan ketiga akan segera dimulai. Ada perwakilan dari tiap-tiap kelompok. Seorang laki-laki dan seorang perempuan. Satu per satu akan menyusuri dinding ubin yang membatasi kolam kecil dan kolam besar pulang-pergi dengan mata tertutup. Berjalan dari ujung kolam, mereka harus melangkahi lubang di yang tepat berada di tengah-tengah dinding ubin tersebut. Lalu, sebelum jatuh di ujung jalan, mereka harus berbalik dan kembali dengan waktu yang sesingkat mungkin. Jika jatuh, maka mereka dianggap gagal. Yang tercepatlah yang akan memenangkan permainan ini.
Kelompok 3 maju terlebih dahulu karena kalah di permainan terakhir. Ko Ricky menyusuri ubin dengan berhati-hati. Dia tidak begitu lama saat melangkahi lubang. Namun, dia terlalu terburu-buru sehingga melupakan ujung dinding. Akhirnya dia jatuh ke dalam air!! Wah, padahal Ko Ricky berjalan lumayan lancar. Lalu, sebagai anggota perempuan satu-satunya, Ci Elvie maju mewakili kelompoknya. Dia berjalan amat pelan dan berhati-hati. Dia tidak berjalan dengan lurus sehinga beberapa kali harus diarahkan untuk geser ke kanan atau ke kiri. Wah, permainan ini sangat menegangkan!! Yang nonton aja geregetan, apalagi yang main langsung ya??! Namun, setelah melewati lubang dengan penuh kehati-hatian, Ci Elvie berjalan miring dan jatuh ke air juga!
Kelompok 3 diwakili oleh Fitrie dan Ko Leo. Fitrie berjalan dengan mantap. Dia menggunakan berbagai gaya untuk sampai ke ujung dinding tersebut. Dia berjalan menyusuri pinggir ubin. Berjalan miring ke samping. Lalu, ketika sampai di lubang, dia melangkahi dengan mantap tetapi juga berhati-hati. Terlihat sangat cekatan. Saat dia sudah sampai di pinggir, dia berbalik. Lalu, menyusuri dinding tersebut dengan melangkah mengenai pinggir ubin. Waktu yang dicetaknya juga termasuk sangat cepat. Sekarang giliran Ko Leo yang melintasi dinding ubin tersebut. Dia pun tidak berjalan secekatan Fitrie. Masih ada keragu-raguan tetapi dia berjalan dengan hati-hati agar tidak jatuh ke kolam. Waktu yang dicetaknya juga lumayan cepat.
Kelompok 1 mencoba keahliannya. Dapatkah mereka mempertahankan kemenangan mereka? Kali ini Ko Ati yang mewakili kelompok 1. Dia terlihat sangat yakin ketika menyusuri dinding ubin tersebut. Ko Ati berjalan dengan santai, tidak tegang seperti yang lainnya. Memang dia berjalan dengan sangat mulus. Langkahnya besar-besar sambil mengira-ira langkah yang akan dilampaui. Jalannya tidak terburu-buru sampai-sampai ko Welly mengingatkannya untuk berjalan lebih cepat karena waktu juga diperhitungkan. Ketika sampai di penghujung jalan, waktu yang ditempuhnya hanya sedikit lebih cepat daripada Ko Leo. Luar biasa. Lalu, perwakilan wanita dari kelompok 1 adalah Kak Yeyen. Dengan takut-takut dia menapaki dinding ubin tersebut. Tapi salut kepada pengarahan dan semangat yang diberikan oleh kelompoknya. Mereka tidak menyerah memberi dukungan kepada Kak Yeyen. Mereka memberi arahan selangkah demi selangkah sampai Kak Yeyen dapat kembali ke garis finish walaupun waktu yang dibutuhkan agak lama.
Penghitungan skor pun dimulai. Untuk setiap kemenangan diberi skor 9. Posisi kedua dinilai dengan skor lima dan pada posisi ketiga bernilai tiga untuk masing-masing permainan. Dan…. yang menjadi juara adalah kelompok 1, disusul oleh kelompok 2, dan kelompok 3 pada posisi yang terakhir. Sebagai reward, kelompok 1&2 mendapat pisang goreng yang enak dan masih hangat. Sedangkan untuk kelompok 3 ada hadiah special. Setiap orang dari kelompok tiga akan diceburkan dengan mata tertutup oleh pemenang. Sayang sekali, beberapa dari mereka sudah mandi dan berganti pakaian karena hawa dingin yang semakin terasa. Apalagi di tempat tersebut minim penerangan. Sambil menunggu semua orang selesai membersihkan diri, beberapa orang bercakap-cakap membahas berbagai permainan yang tadi. Bahkan Ko Ajung sampai menceritakan bagaimana dia kehilangan gigi depannya. Bekas luka Ko Leo pun masih terlihat merah. Semua orang juga sudah mengambil tas masing-masing. Fitryani dan Vinda pun sudah berada bersama dengan kami.
Setelah semuanya selesai mebersihkan diri. Kami berkumpul dan bersiap-siap pulang. Setelah kami berdoa bersama, Ko Welly sedikit memberi pengarahan. Kami harus berdekatan terus sampai di jalan Solo-Yogya. Sandy akan pulang ke Solo dan Ko Ati mungkin akan memacu kendaraannya karena dia ada acara setelah pulang ke Yogyakarta. Kami mengambil motor di rumah parkir tadi. Ternyata pengelola pemandian itupun menunggu kami pulang untuk menutup pemandian/kolam renangnya.
Kami akhirnya pulang ke Yogyakarta. Dalam perjalanan kami diberi keceriaan oleh taburan-taburan bintang di langit yang hitam. Di atas sawah-sawah. Langit terlihat sangat luas. Kalau saja aku hafal nama rasi bintang mungkin aku dapat menemui beberapa di langit tersebut. Sewaktu aku ingin memotretnya mengunakan hp, ternyata sinar bintang itu terlalu lemah sehingga hanya langit gelap yang terabadikan. Memang mata kita ciptaan terluar biasa. Dengan mata, kita bisa menikmati bagaimana indahnya benda-benda alam yang sudah Dia jadikan.
Begitu juga hari ini. walau banyak halangan dan masalah yang terjadi di dalam perjalanan kami, namun keceriaan dan kebersamaan yang terjadi tidak akan terlupakan. Kesatuan dan dukungan itulah yang benar-benar terasakan oleh Nono ketika permasalahan itu muncul. Sehingga kami tidak menjadi lemah atau jatuh, tapi kami terus terdorong maju dan berharap untuk berbagai keceriaan yang akan ada.
Thx u LORD.
The end.
Reported by
Nono - Ekonomi Akuntansi 2007
No comments:
Post a Comment